Jumat 30 Aug 2019 03:48 WIB

Peneliti Ungkap tak Ada Gen yang Sebabkan Seseorang Jadi Gay

Studi ilmiah menyebut faktor nongenetik yang menyebabkan seseorang jadi gay

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi  LGBT
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi LGBT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi ilmiah yang meneliti dasar biologis perilaku seksual telah mengkonfirmasi tidak ada istilah gen gay. Kendati begitu terdapat campuran kompleks genetika dan pengaruh lingkungan yang bisa membuat seseorang menjadi penyuka sesama jenis.

Berdasarkan penelitian yang menganalisis data tentang DNA dan pengalaman seksual dari hampir setengah juta orang, terdapat ribuan varian genetik yang terkait dengan perilaku seksual sesama jenis, sebagian besar dengan efek yang sangat kecil. Lima dari penanda genetik secara signifikan dikaitkan dengan perilaku sesama jenis. Hanya saja sejumlah peneliti berpendapat hal itu masih jauh dari prediksi tentang preferensi seksual seseorang.

Baca Juga

 "Kami memindai seluruh genom manusia dan menemukan lokasi yang jelas terkait dengan apakah seseorang melaporkan terlibat dalam perilaku seksual sesama jenis atau tidak," kata Ahli Biologi di Institute of Molecular Medicine di Finlandia, Andrea Ganna, yang juga ikut memimpin penelitian tersebut sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat (30/8). 

Artinya, menurut dia penelitian tersebut menunjukkan faktor-faktor nongenetik yang menyebabkan terjadinya perilaku menyukai sesama jenis. Faktor-faktornya antara lain lingkungan, pengasuhan, kepribadian, dan pengasuhan yang jauh lebih signifikan dalam mempengaruhi pilihan pasangan seksual seseorang. Hal ini layaknya dengan kebanyakan kepribadian, perilaku, dan sifat fisik manusia lainnya. 

Penelitian ini menganalisis tanggapan survei dan melakukan analisis yang dikenal sebagai studi asosiasi genom (GWAS) dengan responden lebih dari 470 ribu orang yang telah memberikan sampel DNA dan informasi gaya hidup ke Biobank Inggris serta pengujian genetika Amerika Serikat.

Adapun perusahaan yang mendanai penelitian itu, 23andMeInc, saat ditanya mengapa mereka ingin melakukan penelitian seperti itu, tim mengatakan kepada wartawan pada konferensi jarak jauh bahwa studi sebelumnya tentang topik ini kebanyakan terlalu kecil untuk memberikan kesimpulan yang kuat. "Studi sebelumnya kecil dan kurang kuat," kata Ganna. 

Untuk itu pihaknya memutuskan untuk membentuk konsorsium internasional yang besar dan mengumpulkan data untuk (hampir) 500 ribu orang yang kira-kira 100 kali lebih besar dari penelitian sebelumnya tentang topik tersebut.  Hasilnya, yang diterbitkan dalam jurnal Science pada hari Kamis, (29/8) bahwa tidak ditemukan pola yang jelas di antara varian genetik yang dapat digunakan untuk memprediksi atau mengidentifikasi perilaku seksual seseorang secara bermakna. 

"Kami telah mengklarifikasi bahwa ada banyak keragaman di sana," Anggota di Broad Institute MIT dan Harvard yang bekerja dengan Ganna, Benjamin Neale. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement