REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Usaha penjualan minuman kopi arabika dengan menggunakan kendaraan roda empat berupa "mobile coffee" atau kopi mobil terus tumbuh di persimpangan jalan maupun lokasi perkantoran wilayah tengah Aceh.
"Kalau total yang berjualan baik di Takengon (Aceh Tengah) dan Bener Meriah sekitar seratusan unit," kata Ketua Mobile Coffee Takengon dan Bener Meriah Riswandi di Takengon, Rabu.
Ia mengaku, bisnis kopi jenis arabika yang mulai dirintisnya sejak 2015 tersebut terus mengalami pertumbuhan positif dari waktu ke waktu di daerah penghasil kopi dengan kualitas ekspor itu.
Secara tidak langsung pihaknya telah ikut mengurangi angka pengangguran di wilayah tengah Aceh, dan membantu para petani kopi setempat mengembangkan salah satu industri hilir dari komoditas andalan tersebut.
Kini hampir di tengah atau sudut kota baik di Takengon maupun Redelong terparkir satu unit mobil kopi, dan setiap hari ramai dikunjungi oleh penduduk setempat maupun wisatawan.
"Umumnya usaha mobile coffee ini terbantu jika ada acara di suatu tempat. Kami pun ke lokasi acara dengan mengambil tempat tidak saling berdekatan," terangnya.
Ia berujar pihaknya menggelar festival kopi arabika di acara pembukaan pacuan kuda tradisional Gayo dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik mulai 26 Agustus hingga 1 September 2019 di Takengon, Aceh Tengah.
"Dalam festival ini, kami sediakan 500 cup kopi arabika yang kami bagikan secara gratis kepada pengunjung pacuan kuda," tutur Riswandi.
Rahmat (45), pedagang dengan mobile coffee di jalan lintas Bener Meriah-Takengon mengatakan, usaha yang dijalankannya itu sebagai sampingan. Usaha utamanya dalah menjadi petani kopi.
Ia menambahkan, bila tidak sedang panen raya, dirinya bekerja sebagai pedagang minuman kopi jenis arabika.
"Kami sajikan kopi hitam, sanger, dan ekpresso ukuran 80 hingga 90 mililiter seharga Rp10 ribu per cup. Kalau teman saya menyajikan ate, capuccino, manual brew, dan lain-lain," katanya.