Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) melihat perkembangan seni di Indonesia, khususnya milenial, sudah mulai tumbuh. Pelan tapi pasti, perkembangan teknologi informasi turut membantu penyebaran seni. Bahkan tak jarang, kolaborasi antar kesenian, seperti yang ditampilkan Sanggar Garajas, membuat warna baru dalam khazanah kesenian tanah air.
Hal itu disampaikan Bamsoet saat membuka Pameran Seni Rupa-Puisi 45 tahun sanggar Garajas Cinta Indonesia, di Museum Seni Rupa dan Keramik, Kota Tua, Jakarta, Rabu (24/7).
"Seni puisi yang identik dengan lisan dan pendengaran, kini bisa dikolaborasikan dengan seni rupa berupa lukisan. Perkawinan keduanya memberikan pengalaman yang mengesankan bagi siapapun yang menikmatinya. Kerjasama antara penyair yang mencipta puisi bertema Cinta Indonesia bisa diterjemahkan dengan epic oleh pelukis dalam bentuk lukisan," ujar Bamsoet.
Pameran tersebut melibatkan berbagai seniman seperti Yudhistira ANM Massardi, Noorca ANM. Massardi, Yanusa Nugroho, Arifin C. Noer, Handrawan Nadesul, Priyono Tjiptoheriyanto, Erry Amanda, Uki Bayu Sedjati, Heryus Saputro, RD Nanoe Anka. Tak ketinggalan juga ada Firdaus Alamhudi, Jan Praba, Nobon, May Soebiakto, Lukman Has, Ireng Halimun, Radhar Panca Dahana, Tony Q Rastafara, dan Q’bro Pandamprana.
Sebagai salah satu penikmat seni lukis, Bamsoet yakin perkembangan kesenian dengan saling mengawinkan seni yang satu dengan seni yang lainnya, bisa terus dielaborasi. Sehingga bisa menarik minat penikmat seni lukis untuk menikmati seni puisi, maupun sebaliknya.
"Akhir-akhir ini kalangan milenial khususnya, sangat menggandrungi puisi, apalagi yang bergenre kegalauan, cinta dan patah hati. Jika puisi tersebut bisa diterjemahkan dalam bentuk lukisan, bukan tak mungkin mereka juga bisa mejadi penikmat lukisan. Begitupun sebaliknya," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila itu berharap, di usianya yang ke-45 tahun, Sanggar Garajas (Gelanggang Remaja Jakarta Selatan) bisa semakin eksis. Perjalanan mengarungi 45 tahun bukanlah jalan yang mudah, namun Sanggar Garajas yang berdiri pada 3 Juli 1974 ini mampu membuktikan diri bisa tetap eksis hingga kini dan nanti.
Bamsoet sendiri tidak asing kepada para pendiri dan aktifis sanggar Garajas Bulungan, karena tahun 90-an sanggar tersebut menjadi tempat nongkrong favoritnya bersama para seniman Kawasan Bulungan.
Bamsoet bahkan masih ingat sebait puisi karya WS Rendra yang hingga kini terus menyemangati hidupnya dalam berpolitik. Puisi itu ia torehkan dalam kanvas lukisan dirinya oleh seorang pelukis yang dibuat spontan dalam hitungan beberapa menit di acara pembukaan pameran tersebut.
Begini bunyi liriknya:
“Kesadaran adalah Matahari
Kesabaran adalah Bumi
Keberanian menjadi Cakrawala
Dan Perjuangan adalah pelaksanaan Kata-kata”
"Pada hakikatnya, jiwa manusia selalu haus dengan kesenian. Karena ada ruang-ruang di dalam jiwa yang tak bisa disentuh oleh materi, dan hanya bisa disentuh oleh seni. Tantangan terbesar bagi para seniman untuk mampu mengetuk dan masuk ke dalam ruang-ruang tersebut. Sekali ruang tersebut terbuka, orang tersebut akan jatuh cinta selamanya dengan seni yang ia minati," pungkas Bamsoet.