Jumat 16 Aug 2019 11:00 WIB

Ikuti Kiat Ini Sebelum Pinjamkan Uang ke Orang Lain

Kadang ada orang yang merasa bersalah saat akan menagih utang

Rep: Eric Iskandarsjah Z./ Red: Christiyaningsih
Memberi uang, dan membayar hutang (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Memberi uang, dan membayar hutang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebagai mahkluk sosial, terkadang kita terdorong untuk membantu meminjamkan uang kepada teman atau saudara yang sedang membutuhkan. Akan tetapi kadang urusan utang piutang itu menjadi rumit. Kadang ada orang yang merasa bersalah saat akan menagih utang.

Dilansir Mind Body Green, certified financial therapist Robin Norris membagikan cara paling bijak dalam menyikapi urusan utang piutang. Terutama, terkait cara agar teman atau keluarga kita tidak tersinggung saat mengajukan pinjaman.

Baca Juga

Satu hal yang ia tekankan adalah kita harus sadar betul bahwa tidak ada yang dapat menjamin bahwa uang yang dipinjamkan itu akan kembali. Karena itu, ia sangat menyarankan agar perihal waktu pembayaran utang harus selalu ditetapkan sebelum pinjaman diberikan.

“Selain itu, kita juga perlu mengetahui akan digunakan untuk apakah uang itu. Apakah untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak dan berkaitan dengan kesehatan atau nyawa seseorang. Atau, pinjaman itu hanya untuk digunakan untuk membayar cicilan kartu kredit,” kata Norris.

Menurutnya, hal itu perlu untuk diketahui terlebih dahulu. Dengan demikian kita dapat menentukan nada bicara dan kebijakan yang perlu ditentukan.

Menurutnya jika uang itu digunakan untuk sebuah kebutuhan yang sangat mendesak, artinya sebenarnya orang tersebut sangat tidak ingin untuk meminjam dan akan sangat malu jika tidak membayar utang.

Tapi jika uang itu digunakan untuk membayar kecerobohan dalam berbelanja, ia juga menyarankan agar kita tetap tenang agar tidak ada yang terpancing emosi. Norris juga mengatakan kita harus memahami bahwa ada orang yang membutuhkan bantuan dalam mengendalikan pengeluarannya secara bijak.

Selain itu, ia juga menyarankan untuk selalu menyampaikan bahwa hal ini dapat berpengaruh terhadap kepercayaan. Terutama jika pinjaman itu berasal dari perilaku sembrono dalam mengelola keuangan.

“Sampaikan juga bahwa hal ini juga akan menghambat pinjaman di masa yang akan datang. Terutama jika ternyata nantinya pinjaman itu tak terbayarkan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement