Jumat 16 Aug 2019 01:00 WIB

PHRI: Sulut Butuh Tambahan Hotel Berbintang

Sulut dinilai butuh tambahan hotel bintang empat dan lima untuk menampung turis

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Wisata Manado (Ilustrasi)
Foto: Google
Wisata Manado (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Utara (Sulut) Nicholas Lieke mengatakan Sulut masih membutuhkan tambahan hotel berbintang. Tambahan hotel berbintang ini menyusul permintaan yang semakin tinggi.

"Saat ini jumlah kamar hotel di Sulut baru mencapai delapan ribu ruang. Jumlah tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan tamu menginap yang terus meningkat menyusul sektor pariwisata daerah ini semakin menggeliat," kata Lieke di Manado, Kamis (15/8).

Baca Juga

Lieke mengatakan Sulut masih kekurangan hotel bintang empat dan bintang lima karena jumlah turis yang datang sekitar 150 ribu per tahun. Jadi, estimasi pertambahan tamu menginap adalah 50ribu sampai 60 ribu per tahun. "Berarti butuh tambahan sekitar 300 kamar, dua hotel lah di kelas itu,” jelasnya.

Lieke menjelaskan kebutuhan hotel bintang empat dan lima disesuaikan dengan karakteristik wisatawan China yang mendominasi kunjungan wisman ke Sulut. Preferensi mereka selama ini selalu memilih kamar hotel pada kelas tersebut.

“Beda dengan turis lokal yang lebih banyak di di bintang dua dan tiga. Kalau yang China lebih banyak di di bintang empat dan lima. Rata-rata hotel di kelas itu penuh semua. Cuma yang bintang dua dan tiga agak kosong sekarang karena faktor harga tiket pesawat kunjungan wisatawan lokal berkurang,” jelasnya.

Dia mengharapkan para pelaku industri perhotelan di Indonesia dapat berinvestasi di Sulawesi Utara. Lieke menambahkan saat ini beberapa calon investor dari luar negeri juga sudah mulai melirik Sulut untuk berinvestasi pada industri perhotelan.

“Sudah ada dari Hong Kong, Filipina, China, dan tentunya dari dalam negeri juga untuk melihat-lihat pasar di sini,” ujarnya.

Di sisi lain, dia juga mengharapkan lebih banyak para pelaku usaha agensi pariwisata spesialis wisman China yang beroperasi di Sulut. Menurutnya, dengan dominasi satu atau dua agensi pariwisata saat ini pelaku usaha perhotelan baru sulit menembus pasar.

“Karena yang bawa turis itu cuma satu atau dua perusahaan. Kalau andaikata buka hotel baru tapi mereka tidak menyarankan ke tamunya itu akan susah. Jadi, bagus kalau free market jadi si hotel yang baru juga bisa kerja sama dengan travel agent lain, buka flight baru,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement