Rabu 14 Aug 2019 14:23 WIB

Kurangi Emisi Karbon, Kampus Ini Larang Daging Sapi

Daging sapi menghasilkan 105 kg gas rumah kaca per 100 gram daging.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Indira Rezkisari
Daging sapi
Foto: pixabay
Daging sapi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Universitas Goldsmiths London melarang daging sapi beredar di area kampus tersebut. Larangan ditujukan sebagai upaya mengurangi jumlah emisi karbon.

Universitas yang terletak di London tenggara itu juga berencana menghapus semua produk berbahan daging sapi yang dijual di kantin kampus pada September. Langkah itu juga sebagai upaya menepati janji menetralkan emisi karbon pada 2025.

Baca Juga

Dampak yang ditimbulkan dari produksi daging sapi terdokumentasi dengan baik dalam penelitian terbaru perguruan tinggi itu. Dalam jurnal Sains dijelaskan, daging sapi menghasilkan 105 kg gas rumah kaca per 100 gram daging. Sebagai perbandingannya, tahu hanya menghasilkan kurang dari 3,5 kg gas rumah kaca.

Selain larangan daging sapi, siswa juga dikenakan retribusi 10 pound sterling (sekitar Rp 172 ribu) untuk botol air sekali pakai dan gelas plastik, ketika tahun akademik baru dimulai. Universitas juga berencana meningkatkan jumlah panel surya di kampus yang berada di daerah New Cross itu, kemudian beralih ke pemasok energi bersih 100 persen.

Dilansir dari Independent, Universitas Goldsmiths menerapkan beberapa langkah sadar lingkungan dalam beberapa tahun terakhir. Seperti program daur ulang berskala besar dan pembersihan makanan tahan lama, kemudian disumbangkan ke badan amal setempat.

Berkat tindakan tersebut, perguruan tinggi itu mengurangi emisi karbonnya hampir 10 persen dalam tiga tahun terakhir. “Seruan global yang semakin keras bagi organisasi, untuk menganggap serius menghentikan perubahan iklim, tidak mungkin diabaikan,” kata penjaga Universitas Goldsmiths, Profesor Frances Corner.

Corner mengatakan staf dan mahasiswa di universitas tersebut sangat peduli dengan masa depan lingkungan mereka. Pun mereka bertekad melakukan suatu tindakan, karena mendeklarasikan darurat iklim tidak bisa hanya dengan kata-kata.

“Saya benar-benar percaya, kita menghadapi momen yang menentukan dalam sejarah global, dan Goldsmiths sekarang bahu-membahu dengan organisasi lain mengambil tindakan segera untuk mengurangi penggunaan karbon,” ujar Corner.

Langkah perguruan tinggi itu mendapat pujian dari pecinta lingkungan. Juru kampanye darurat iklim untuk Greenpeace di Inggris Raya, Rosie Rogers sangat senang melihat suatu institusi melakukan tindakan menyikapi darurat iklim.

“Sangat menggembirakan melihat institusi seperti Goldsmiths tidak hanya mendeklarasikan keadaan darurat iklim, tetapi menindaklanjutinya,” kata Rogers.

Dia beranggapan semua perguruan tinggi memiliki kemampuan melakukan perubahan yang dapat bermanfaat bagi planet. Karena itu, dia menyerukan pada orang lain untuk mengikuti langkah Universitas Goldsmiths.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement