REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daging merah menawarkan manfaat nutrisi yang cukup tinggi. Sepotong daging memberikan protein berkualitas, sumber vitamin B, zat besi, dan seng yang baik.
Di sisi lain, daging pun tinggi lemak jenuh dan kolesterol yang merujuk pada penyakit kardiovaskular. Dengan dua sisi yang sama-sama perlu diperhatikan, bagaimana cara mendapatkan manfaat dan menjauhkan dampak buruk dari daging merah?
The American Institute for Cancer Research merekomendasikan untuk menghindari daging olahan dan membatasi konsumsi daging merah hingga 12 hingga 18 ons setiap pekan. Berdasarkan pada ukuran porsi tiga ons ini artinya empat hingga enam porsi daging merah setiap pekan.
Akan tetapi orang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung disarankan berkonsultasi dengan profesional medis seperti ahli gizi. Cara ini berguna untuk merancang pola makan khusus dan bagaimana mereka dapat memasukkan daging merah dalam konsumsi harian.
Untuk menghindari dampak buruk dari mengonsumsi daging merah, biasakan untuk memeriksa label nutrisi untuk melihat kandungan lemak yang tergantung pada jenis dan potongan daging. Berbagai potongan daging sapi, sapi muda, kambing, hingga domba mengandung 55 hingga 130 miligram kolesterol dalam porsi tiga ons. Sedangkan lemak jenuh berkisar dari satu hingga 10 gram.
The American Heart Association (AHA) merekomendasikan setiap orang mendapatkan lima hingga enam persen kalori dari lemak jenuh. Kalau asupan kalori 1.500 kalori, maka mengonsumsi daging tidak lebih dari 10 gram lemak jenuh setiap hari, karena setiap gram lemak mengandung sembilan kalori.
Selain itu, proses memasak daging merah pun perlu diperhatikan. Ketika daging merah dimasak pada suhu tinggi. Memanggang dan menggoreng terkait dengan risiko kanker dihasilkan akibat adanya zat amina heterosiklik atau HCA dan hidrokarbon aromatik polisiklik aromatik atau PAH.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention edisi Januari 2008 menyimpulkan konsumsi daging merah yang dimasak dengan tingkat kematangan well dan very well-done secara signifikan meningkatkan risiko kanker prostat. Sebuah studi pada Oktober 2013 di Nutrition and Cancer menemukan HCA dan PAH dari daging merah juga dapat meningkatkan risiko pengembangan kanker usus besar.
Tapi penelitian lain menghubungkan daging merah dengan kanker payudara, terlepas dari metode memasaknya. Sebuah studi pada Agustus 2019 yang diterbitkan International Journal of Cancer menemukan, wanita yang makan daging merah memiliki risiko 23 persen lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang mengonsumsi lebih sedikit daging merah.
Di sisi lain, wanita yang makan lebih banyak unggas memiliki risiko 15 persen lebih rendah daripada mereka yang tidak banyak makan unggas. Terlebih lagi, para peneliti menemukan wanita yang menggantikan daging dengan unggas mengalami pengurangan risiko kanker payudara yang paling signifikan.
Dikutip dari Live Strong, selain kanker daging merah pun terkenal dengan risiko penyakit jantung. Sebuah penelitian pada Juni 2019 yang diterbitkan BMJ mengamati data kesehatan 53.553 wanita dan 27.916 pria tanpa penyakit jantung.
Studi mencoba mencari hubungan antara kondisi penyakit jantung dan daging merah yang tidak diolah. Peserta yang mengonsumsi lebih banyak daging merah selama periode delapan tahun lebih mungkin meninggal selama delapan tahun berikutnya.