Saban tahun, buruh selalu menuntut kenaikan upah. Kemudian pemerintah mengerek upah di berbagai daerah dengan perhitungan pertumbuhan ekonomi ditambah inflasi. Apa sih inflasi itu?
Pasti pernah dong lihat atau merasakan kenaikan harga kebutuhan pokok maupun barang-barang di pasar secara terus menerus. Contohnya saja cabai saat ini yang terus merangkak naik hingga menyentuh Rp100 ribu per kilogram (kg).
Lonjakan harga cabai tersebut disebabkan karena musim kemarau panjang sehingga produksi turun. Sementara permintaan masyarakat cukup tinggi. Kenaikan harga cabai ini bisa menjadi penyumbang inflasi.
Tentu saja dari kenaikan harga sembako, kebutuhan pokok, maupun barang atau jasa lain, sejumlah pihak dirugikan, seperti pedagang kecil dan konsumen. Dampak besar dari inflasi yang liar dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara. Tak heran, pemerintah bakal mati-matian menjaga laju inflasi agar tetap terkendali.
Kalau mau tahu penjelasan soal inflasi dan pengaruhnya terhadap ekonomi suatu bangsa, berikut ulasannya seperti dirangkum Cermati.com dari berbagai sumber:
Baca Juga: Koperasi, Pengertian, Jenis, Fungsi, Prinsip dan Keuntungannya yang Perlu Kamu Ketahui
Definisi Inflasi
Definisi Inflasi
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia (BI), inflasi secara sederhana diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Nah kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengartikan inflasi sebagai kecenderungan naiknya harga barang dan jasa, pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.
Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilakukan BPS.
Kemudian BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di 82 kota seluruh Indonesia, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang atau jasa di setiap kota.
Inflasi yang diukur IHK dikelompokkan ke 7 kelompok pengeluaran, yakni:
1. Kelompok bahan makanan
2. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
3. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
4. Kelompok sandang
5. Kelompok kesehatan
6. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
7. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Kenaikan harga barang atau jasa secara kontinyu dapat membuat daya beli masyarakat turun. Gaji atau penghasilan yang mereka dapat tidak akan cukup membeli kebutuhan hidup. Sebagai contoh biasanya emak-emak bisa membeli 1 kg cabai, begitu harga cabai melonjak, mereka mengurangi pembelian jadi setengah kilo saja.
Biasanya inflasi di Indonesia akan tinggi menjelang Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, atau terganggunya produksi akibat cuaca, dan momen lainnya. Kalau tidak ada upaya dari pemerintah, inflasi tersebut akan cenderung bergerak tak terkendali.
Faktor Penyebab Terjadinya Inflasi
Faktor Penyebab Terjadinya Inflasi
Kenaikan harga barang terus menerus atau inflasi terjadi bukan tanpa sebab. Secara umum, ada beberapa faktor penyebab terjadinya inflasi, antara lain:
1. Meningkatnya jumlah permintaan atau demand pada suatu jenis barang tertentu. Saat permintaan naik, namun stok atau suplai terbatas, pasti akan terjadi lonjakan harga.
2. Biaya produksi sebuah barang atau jasa mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan harga bahan baku maupun upah pekerja. Dari situlah, produsen akan mengambil tindakan mengerek harga jual barang atau jasa.
3. Saat jumlah uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi. Ketika jumlah uang yang ada di masyarakat meningkat hingga dua kali lipat, harga barang pun akan mengalami peningkatan yang setara. Hal ini disebabkan karena kenaikan daya beli masyarakat, tetapi stok barang tetap statis.
Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis Inflasi
Adapun jenis-jenis inflasi, antara lain:
1. Inflasi dilihat dari tingkat keparahan.
- Inflasi ringan. Kenaikan harga barang masih di bawah angka 10% dalam setahun
- Inflasi sedang. Kenaikan harga hingga 30% per tahun
- Inflasi tinggi. Kenaikan harga barang atau jasa berkisar 30%-100%
- Hiperinflasi. Kenaikan harga barang melampaui angka 100% per tahun. Dalam situasi tersebut, kebijakan fiskal dan moneter dari otoritas seringkali tak memberi dampak signifikan.
2. Inflasi berdasarkan asalnya, dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
- Inflasi yang berasal dari domestik (domestic inflation)
Penyebabnya meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat, kenaikan harga barang atau jasa, permintaan masyarakat tinggi, suplai terganggu atau terbatas, biaya produksi naik, dan masih banyak lainnya.
- Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Penyebabnya harga barang-barang impor atau yang berasal dari luar negeri semakin mahal karena kenaikan harga di negara asalnya.
Baca Juga: BPS: Rata-rata Gaji Pegawai di Indonesia Hanya Rp 2,79 Juta
Cara Menghitung Tingkat Inflasi
Rumus Menghitung Inflasi
Inflasi di suatu negara dapat dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Biaya Hidup, dan Indeks Harga Produsen. Rumus menghitung inflasi berdasarkan IHK adalah:
Pit adalah harga barang pada periode tertentu, Qit adalah bobot barang pada periode tertentu, Pio adalah harga barang pada periode dasar, dan Qio adalah bobot barang pada periode dasar.
Setelah mendapatkan nilai IHK, baru nilai inflasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
Inflasi = (IHK periode 1- IHK periode 2) / IHK periode 2) x 100
Dengan menggunakan rumus tersebut, nilai inflasi dalam suatu negara dapat diketahui dengan tepat. Jadi, saat nilai inflasi berada pada tingkat yang melebihi target, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dapat mengambil langkah tepat agar inflasi tidak semakin memburuk.
Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian
Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian
Inflasi memiliki dampak cukup signifikan bagi perekonomian suatu negara, antara lain:
1. Inflasi dapat menggerus daya beli masyarakat. Kalau daya beli turun, masyarakat jadi irit belanja. Padahal motor penggerak ekonomi Indonesia masih ditopang konsumsi masyarakat. Jika masyarakat mengurangi belanja, otomatis pertumbuhan ekonomi nasional akan bergerak ke lambat atau stagnan, bahkan lebih rendah.
2. Inflasi tentu saja merugikan konsumen karena gaji atau penghasilan stagnan, tapi pengeluaran atau belanja membengkak lantaran kenaikan harga barang atau jasa yang menjadi kebutuhan utama.
3. Inflasi juga mempengaruhi kemampuan ekspor sebuah negara. Akibat inflasi, biaya ekspor jadi lebih mahal dan daya saing produk ekspor menurun. Akhirnya devisa jadi berkurang.
4. Inflasi akan mengurangi minat orang menabung di bank. Penyebabnya bunga simpanan tabungan yang kecil tergerus inflasi. Apalagi menabung di bank juga mengeluarkan biaya administrasi setiap bulan, sehingga bunga yang diperoleh nasabah makin minim, bahkan nyaris tak terasa.
5. Inflasi dapat mempengaruhi kestabilan mata uang rupiah. Kestabilan kurs rupiah mengandung dua aspek, yakni kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua berkaca pada perkembangan kurs rupiah terhadap mata uang negara lain.
Peran Pemerintah, BI, dan Masyarakat dalam Mengatasi Inflasi
a
Dalam mengatasi laju inflasi, biasanya pemerintah dan BI memiliki target tahunan. Tahun ini, inflasi dijaga pada level 3,5 plus minus 1%. Otoritas fiskal dan moneter ini bersinergi dengan mengeluarkan jurus-jurus pengendalian inflasi.
Sebagai contoh, pertama sinergi 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan koordinasi komunikasi yang efektif. Kedua, adaptasi dalam inovasi, dan ketiga, pengembangan bisnis model kerja sama perdagangan antar daerah, serta strategi lainnya.
Masyarakat juga dapat berperan dalam menjaga inflasi. Salah satunya tidak berlebihan atau memborong sembako. Misalnya saat produksi bawang putih merosot, harga melonjak, kemudian masyarakat panik dan akhirnya membeli dalam jumlah banyak.
Alibinya takut kehabisan. Padahal cara tersebut justru dapat mendongkrak kenaikan harga lebih tinggi karena permintaan besar. Jadi bijaklah dalam berbelanja karena pemerintah dan BI akan berupaya keras untuk menjaga inflasi sesuai target.
Cegah Inflasi dengan Kontrol Keuangan yang Baik
Masalah inflasi bisa datang kapan saja. Namun, jika pengelolaan keuangan berdasarkan ilmu akuntansi dilakukan dengan baik, inflasi akan teratasi lebih cepat dan tepat. Untuk itu, pemahaman tentang ilmu ekonomi harus dimiliki guna mengatasi masalah keuangan dengan lebih akurat.
Baca Juga: 5 Fakta Kartu Pra Kerja buat Pengangguran, Nomor 3 Paling Ditunggu