Rabu 31 Jul 2019 11:52 WIB

Dikritik Perankan Annelies, Mawar de Jongh Tanggapi Santai

Sejumlah warganet menyebut Mawar de Jongh tak cocok perankan Annelies

Rep: Farah Noersativa/ Red: Christiyaningsih
Artis peran, Mawar de Jongh, saat diwawancarai di wilayah Jakarta Selatan, Selasa (30/7)
Foto: Republika/Farah Nabila Noersativa
Artis peran, Mawar de Jongh, saat diwawancarai di wilayah Jakarta Selatan, Selasa (30/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris muda Mawar de Jongh sempat mendapatkan kritikan dari warganet perihal perannya dalam film Bumi Manusia. Tak sedikit dari mereka menyebut Mawar tidak cocok memerankan tokoh Annelies dalam film besutan Hanung Bramantyo itu.

Menanggapi hal ini, Mawar pun tak terlalu memusingkannya. “Aku nggak tahu ya, karena bukan aku jurinya. Tugasku hanya berperan memberikan yang terbaik di film ini,” jelas Mawar saat ditemui pada Selasa (30/7).

Baca Juga

Menurutnya, baik atau tidak serta cocok atau tidaknya dia dalam memerankan tokoh Annelies sangat relatif. Artinya, semua peniliaian dia kembalikan kepada penonton. “Aku memberikan yang terbaik pasti ada yang suka dan pasti ada yang tidak suka. Kita ambil positifnya saja,” jelas dia.

Perempuan berdarah Indonesia-Belanda itu menuturkan banyak tantangan ketika memerankan tokoh Annelies. Di antaranya adalah cara berpakaian, cara berbicara, dan cara berjalan yang sangat berbeda dengan apa yang dia jalani saat ini.

Saat syuting, Mawar harus mengenakan gaun panjang yang tentunya membuatnya lebih sulit berjalan. Aksesoris topi pun juga dikenakan sebagai bagian dari properti film. “Sekarang sudah bisa pakai celana jeans, pakai sneakers, jadi bisa lebih santai. Berbeda dengan kehidupan sehari-hari aku sekarang,” ungkapnya.

Mawar berharap adanya film Bumi Manusia bisa menjadi momentum untuk memulai budaya literasi yaitu membaca karya sastra Indonesia terutama bagi generasi seusianya. Sebab menurutnya karya-karya sastra Indonesia sempat dilupakan oleh generasinya dan sempat tak terbaca.

“Mungkin dari film ini, generasi X, generasi Y, generasi Z, dan semuanya bisa menikmati buku-buku sastra lagi, menikmati film yang diangkat dari buku sastra,” jelas dia.

Selain itu Mawar juga berharap adanya film ini dapat membuka mata generasi muda. "Sehingga mereka bisa lebih mensyukuri apa yang didapatkan hari ini karena tidak mudah mendapatkannya,” ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement