Rabu 31 Jul 2019 11:40 WIB

Edukasi Bahaya Narkoba Dimulai dari Keluarga

Banyak pengguna yang tidak pernah tahu bahaya narkoba.

Sejumlah barang bukti ganja sintetis (tembakau gorilla) diperlihatkan saat rilis kasus penangkapan pembuat ganja sintetis di Mapolrestabes Makassar, Sulawaesi Selatan, Senin (29/7/2019).
Foto: Antara/Arnas Padda
Sejumlah barang bukti ganja sintetis (tembakau gorilla) diperlihatkan saat rilis kasus penangkapan pembuat ganja sintetis di Mapolrestabes Makassar, Sulawaesi Selatan, Senin (29/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Lingkar Ganja Nusantara (LGN) Bara Dopio mengatakan perlu adanya edukasi terkait bahaya narkoba. Edukasi perlu dilakukan mulai dari lingkungan keluarga hingga sekolah maupun perguruan tinggi.

“Edukasi bahaya narkoba perlu dilakukan mulai dari lingkungan keluarga, sekolah hingga perguruan tinggi,” kata Manager Program Lingkar Ganja Nusantara (LGN) Bara Dopio di Jakarta, Rabu (31/7).

Baca Juga

Bara menjelaskan, edukasi di lingkungan keluarga bisa dimulai dengan mengenalkan macam-macam jenis narkoba apa saja, seperti zat yang terkandung di dalamnya. Hingga bahaya yang ditimbulkan jika mengonsumsi narkoba seperti apa.

Edukasi akan memberikan pengetahuan anak terkait bahaya yang ditimbulkan jika ia mengonsumsi narkoba. Saat ini kebanyakan pengguna narkoba tidak memiliki pengetahuan tentang bahaya narkoba.

Bara lebih memilih orang tua yang mengenalkan narkoba dan bahaya narkoba kepada anak-anaknya ketimbang orang lain atau teman-temannya. “Saya lebih memilih memperkenalkan narkoba dan bahaya memakai narkoba kepada anak saya, ketimbang anak saya tahu dari temannya atau orang lain,” kata dia

Menurut Bara, pengenalan bahaya pemakaian narkoba juga dapat dilakukan di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi dengan memasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran.

Selama tahun 2018, BNNP DKI Jakarta melakukan uji urine secara mendadak di dua perguruan tinggi, satu orang positif mengonsumsi narkoba dari 366 orang yang ikut tes urine. Selain itu, BNNP DKI juga menyasar 104 sekolah dengan 40.761 pelajar menjalani tes urine.

Hasilnya, 74 orang pelajar positif mengonsumsi narkoba.

Tidak hanya kalangan pelajar dan mahasiswa, BNNP DKI juga menyasar instansi pemerintah, swasta, rumah susun, apartemen, tempat hiburan malam dan kos-kosan. Untuk SKPD, selama 2018 tercatat 23 instansi dengan 7.662 pegawai yang sembilan orang di antaranya positif mengonsumsi narkoba.

Di Kos-kosan ada lima lokasi dengan total 402 penghuni, 52 orang di antaranya positif mengonsumsi narkoba setelah tes urine mendadak. Untuk tempat hiburan malam, BNNP DKI mendatangi ada empat lokasi dengan 501 pengunjung, 68 orang di antaranya positif mengonsumsi narkoba.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement