Rabu 31 Jul 2019 00:01 WIB

Urusan Rumah Tangga Hanya Tugas Perempuan, Benarkah?

Idealnya, suami dan istri saling membantu dan berbagi tugas domestik.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Suami istri/ilustrasi
Foto: PxHere
Suami istri/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Setiap pasangan memiliki kesepakatan masing-masing mengenai cara penyelesaian urusan rumah tangga sehari-hari. Pembagian tugas seperti mengurus anak, memasak, dan membersihkan rumah bisa dibagi sesuai kondisi.

Idealnya, suami dan istri saling membantu dan berbagi tugas menyelesaikan urusan domestik tersebut. Cukup disayangkan karena masih banyak keluarga yang membebankan mayoritas tugas rumah tangga kepada pihak perempuan.

Baca Juga

University College London (UCL) di Inggris menggagas studi mengenai topik tersebut. Mereka meneliti data lebih dari 8.500 pasangan heteroseksual yang diwawancara untuk "UK Household Longitudinal Study" antara 2010 and 2011.

Hasil riset yang terbit di jurnal Work, Employment, and Society mengungkap bahwa rata-rata istri mengerjakan tugas rumah tangga 16 jam setiap pekan. Sementara, para suami hanya mengerjakan kurang dari enam jam.

Secara umum, istri mengerjakan 93 persen tugas rumah tangga. Pada pasangan yang sama-sama bekerja sebagai karyawan purnawaktu, istri lima kali lebih mungkin mengerjakan tugas rumah tangga 20 jam sepekan dibandingkan suami.

Semula, para pasangan dibagi dalam delapan kelompok sesuai profesi. Ada yang masuk dalam grup 'sama-sama berpenghasilan', 'hanya suami yang memiliki penghasilan', 'istri berpenghasilan lebih besar', dan sejumlah alternatif lain.

Penulis studi mengatakan, terdapat dua kelompok yang paling egaliter dengan porsi mengerjakan urusan domestik cukup seimbang. Grup pertama adalah di mana sang istri ikut bekerja dan rata-rata memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari suami.

Kelompok lain yakni pasangan di mana sang suami bekerja tetapi profesinya memungkinkan untuk sering berada di rumah. Para suami dalam kelompok ini menghabiskan rata-rata 20 jam sepekan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga bersama istri.

Peneliti utama studi, Anne McMumm, mengatakan bahwa kesetaraan gender dalam pembagian tugas domestik masih kurang di antara pasangan Inggris. Dia mengatakan, kelangkaan tersebut disebabkan norma gender yang kuat.

"Mengubah sikap tentang norma gender adalah salah satu cara untuk mendorong perubahan di bidang ini," kata perempuan bergelar profesor itu, dikutip dari laman Independent.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement