REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budaya menonton begitu melekat pada anak-anak. Survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) 2012 mengenai minat membaca dan menonton anak-anak Indonesia menemukan hanya 17,66 persen anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca. Sedangkan yang memiliki minat menonton mencapai 91,67 persen.
Hal ini membuktikan bahwa di usia dini pun budaya menonton begitu mendominasi. Meski budaya menonton tak melulu negatif, saat ini banyak sekali tontonan yang tak ramah anak. Terutama, tontonan yang menonjolkan adegan kekerasan.
Tak hanya di televisi, sekarang anak-anak dengan mudah mengakses segala jenis tayangan melalui Youtube. Aktris Eriska Rein pun sangat selektif dalam memilih tontonan bagi putranya, Mikhail Zayn. Sebisa mungkin, Eriska selalu menyempatkan diri untuk mendampingi Zayn saat menonton.
“Zayn kan anak pertama, aku masih harus belajar untuk mendidik dia. Selalu mendampingi setiap menonton apapun. Apalagi kan sekarang banyak tontonan yang nggak ramah anak di Youtube,” ujarnya saat ditemui belum lama ini.
Aktris yang mengawali kariernya sebagai model itu percaya tontonan akan memengaruhi tumbuh kembang anak. Menurutnya, anak akan meniru apa yang sering dilihatnya.
“Jadi waktu itu Zayn nonton serial Nussa. Dari situ dia bisa baca doa makan. Aku akhirnya sadar kalau nonton itu ngaruh banget. Jadi benar-benar harus filter tontonan anak,” ujarnya.
Menurut Eriska, tontonan lain yang mengedukasi anak adalah Doraemon. Hingga kini, Eriska sering menonton Doraemon versi episode-episode pendek di televisi maupun film berdurasi panjang.
“Doraemon mengajarkan banyak hal positif. Persahabatan, bagaimana cara menyelesaikan masalah, selalu kompak, banyaklah pokoknya. Kadang nontonnya lucu, suka ketawa tapi ada nilai yang bisa ditanamkan ke anak,” jelasnya.
Wanita berusia 25 tahun itu berharap tontonan ini bisa memberikan pelajaran positif bagi putra semata wayangnya. Meski sebenarnya, ia memiliki kesulitan untuk mengajarkan hal-hal positif tersebut mengingat Zayn yang baru menginjak usia tiga tahun.
“Harus pelan-pelan ngasih taunya. Mulai dari 'Ih ini kucingnya lucu. Udah lucu terus baik hati, suka menolong'. Dari hal kecil dulu,” kata Eriska.