Rabu 24 Jul 2019 12:35 WIB

Kisah Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy'ari Difilmkan

Film Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy'ari nantinya tidak akan tayang di bioskop.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Indira Rezkisari
Konferensi pers film Jejak Langkah Dua Ulama di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (24/7). Hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, Pimpinan Ponpes Tebuireng KH Solahudin Wahid dan Ketua LSBO PP Muhammadiyah Syukriyanto AR.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Konferensi pers film Jejak Langkah Dua Ulama di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (24/7). Hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, Pimpinan Ponpes Tebuireng KH Solahudin Wahid dan Ketua LSBO PP Muhammadiyah Syukriyanto AR.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah dan Pondok Pesantren Tebuireng akan membuat film Jejak Langkah Dua Ulama. Film mengisahkan perjalanan dua ulama besar, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari.

Kisah perjalanan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari memang sudah pernah difilmkan. Namun, difilmkan secara terpisah lewat Sang Pencerah dan Sang Kiai.

Baca Juga

Padahal, walaupun masing-masing pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, keduanya sama-sama pahlawan nasional dan merupakan sahabat seperguruan. Bahkan, memiliki guru-guru yang sama.

Untuk itu, masyarakat Indonesia coba diingatkan kembali kisah-kisah kebersamaan Kiai Dahlan dan Kiai Asy'ari melalui film Jejak Langkah Dua Ulama. Sekaligus, menjadi pengingat persatuan di Tanah Air.

Ketua LSBO PP Muhammadiyah Syukriyanto AR mengungkapkan, film ini berawal dari keresahannya melihat kondisi di Indonesia yang banyak terjadi kekerasan. Terlebih, sering mengatasnamakan Islam.

Padahal, Islam sangat baik, rahmatan lil alamin, dan Nabi Muhammad mengajarkan berbicara saja harus secara baik. Dari sana, ia menengok kisah Kiai persahabatan Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy'ari.

Lalu, setelah sowan ke Gus Solah di Tebuireng, ia mengaku mendapat respons yang sangat luar biasa. Kemudian, kedua pihak masing-masing melaksanakan riset tentang Kiai Dahlan maupun Kiai Hasyim.

"Bulan Agustus syuting bisa dimulai, September Oktober insya Allah bisa tayang," kata Syukriyanto di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta.

Namun, direncanakan film ini tidak diputar di bioskop-bioskop arus utama. Justru, film-film ini yang akan mendatangi penonton-penonton sampai ke pedalaman-pedalaman Indonesia.

"Konsepnya layar tancap, tapi pop-up cinema, jadi kualitasnya sama dengan bioskop-bioskop," ujar Sukriyanto.

Dalam kesempatan itu, turut hadir Ketua Umum Muhammadiyah Dr Haedar Nashir dan Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng KH Solahudin Wahid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement