Senin 22 Jul 2019 12:31 WIB

Mahasiswa IFI Buktikan Kiprah di Fashion Dunia

IFI merupakan sekolah fashion Islam pertama di Indonesia.

 Mahasiswa IFI Buktikan kiprah di Fashion Dunia
Mahasiswa IFI Buktikan kiprah di Fashion Dunia

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Dua mahasiswa Islamic Fashion Institute (IFI) telah membuktikan kiprahnya di ajang fashion dunia. Siti Salma Nisabila dan Ade Cahya Tristyanthi ikut serta dalam ajang HKFW 2019 di Hongkong pada 8 sampai 11 juli 2019. Di kesempatan ini, mereka menyuguhkan sebuah karya desain dengan rancangan yang berbeda sesuai karakter masing-masing. Rancangan yang terinspirasi kehidupan pusat kota New York yang dijuluki "The Crossroads of the world" sebagai  wilayah metropolitan terpadat di dunia, membawa Siti Salma Nisabila ke ajang fashion show dunia “Hong Kong Fashion Week” 2019.

Siti Salma Nisabila atau akrab dipanggil Sabil ini menyuguhkan karya desain yang membangkitkan nuansa optimisme dari sebuah kota dunia yang berkontribusi besar pada perdagangan dunia, keuangan, media, budaya, seni, mode, penelitian, penelitian, dan hiburan. Sebagai tempat markas nasional, kota ini juga merupakan pusat penting hubungan internasional. Salah satu ikon yang mudah dikenali di kota ini adalah taksi. Warnanya yang kuning melambangkan keceriaan dan mereproduksi warna terbaik dalam menciptakan antusiasme warna yang membangkitkan optimis karya Sabil berjudul “New Yorkers”. Warna lainnya adalah grey melambangkan keseimbangan dan netralitas. ''Semua itu adalah fakta di tengah kota New York yang tidak pernah tidur,'' ujar Sabil dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (22/7).

Sementara detail builiding di New York City diekspresikannya dalam gaya urban. Dengan mengambil tren siluet baggy dan H yang cocok dengan warna-warna cerah lainnya, dan menggunakan tambalan dalam koleksi ini.

Sedangkan rancangan Ade Cahya Tristianthi mengusung karya berjudul “Ribelle Alleanza". Koleksi Ribelle Alleanza terinspirasi oleh perjuangan para wanita pasukan terjun payung dalam waktu dekat yang berjuang melawan kecerdasan buatan yang bertujuan menghancurkan manusia di dunia, tetapi mereka merusak pesawat dan menyelamatkan diri mereka dengan terjun payung dan terdampar di dataran tinggi kota Skotlandia yang pada akhirnya bertempur bersama pasukan lokal. ''Koleksi ini juga menampilkan serangkaian pakaian androgyny kasual streetstyle yang didasarkan pada aturan berpakaian Muslim yang menghindari bentuk A siluet tubuh tetapi tetap unik dan mengikuti tren.'' ujar Ade.

Didominasi oleh warna hijau tentara, khaki, abu-abu, putih, biru tua dan hitam, koleksi ini didominasi oleh dekonstruktif dan pola daur ulang dari pakaian bekas yang dijadikan pakaian itu memiliki nilai jual lebih. Selain penggunaan pakaian bekas, penggunaan bahan yang cenderung ringan dan nyaman seperti katun, linen, nilon (parasut), kain flanel dan kanvas, desainer memajang koleksi pakaian siap pakai yang kasual dan nyaman digunakan.

Direktur IFI, Hanny Haerani mengatakan, IFI merupakan sekolah fashion Islam pertama di Indonesia yang menyiapkan para lulusannya bukan hanya piawai merancang busana berbasis syariah Islam tetapi juga mampu menjalankan bisnis usaha busana Muslim sesuai dengan kaidah-kaidah bisnis Islam. Keikutsertakaan dua mahasiswa IFI pada ajang HKFW 2019, merupakan penguatan selanjutnya setelah lembaga ini bekerja sama dengan perguruan tinggi di Asia dan Australia.

Menurut Hanny, keberhasilan anak didiknya dapat melebarkan kiprahnya ke kancah mode internasional, membuktikan karya-karya rancang Indonesia khususnya mahasiswa IFI dapat bersaing dengan karya-karya perancang dunia. ''Kami berbangga hati, semoga akan lebih banyak lagi mahasiswa yang ikut mengembangkan kiprahnya di dunia mode internasional,'' ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement