Sabtu 20 Jul 2019 04:22 WIB

Sosok Arswendo Atmowiloto di mata Salman Aristo

karya Senopati Pamungkas dibaca berkali-kali oleh Salman.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Esthi Maharani
salman aristo
Foto: istimewa
salman aristo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sutradara Salman Aristo turut berduka mendengar kabar sastrawan Arswendo Atmowiloto meninggal dunia pada Jumat (19/7). Ia masih ingat betul terakhir kali bertemu dengan mendiang Arswendo.

“Terakhir menengok Mas Wendo pada 16 Juni di rumahnya sama Yandy Laurens, sama istri saya juga (Ginatri S. Noer)” ujar Salman saat dihubungi Republika, Jumat (19/7).

Waktu itu mendiang Arswendo masih bercanda, meskipun kondisi fisiknya sedang menurun karena sakit kanker prostat. Arswendo, tutur Salman, memang mudah lelah.

Di mata Salman, Arswendo merupakan sosok yang menginspirasinya. Pria kelahiran 1976 ini membaca semua karya-karya mendiang, bahkan karya Senopati Pamungkas dibaca berkali-kali oleh Salman. Dapat dibilang sosok Arswendo berpengaruh besar terhadap Salman.

“Bagaimana dia bisa membuat (tulisan) begitu holistik, menulis tapi tidak pernah kehilangan kualitas untuk tulisan yang dia buat,” katanya.

Sastrawan dan wartawan senior Arswendo Atmowiloto. Arswendo meninggal dunia pada Jumat (19/7) di kediamannya di Kompleks Kompas, Petukangan, Jakarta. Semasa hidup ia dikenal sebagai sastrawan dan wartawan di berbagai majalah dan koran. Nama Arswendo makin dikenal luas setelah mendirikan PH dan memproduksi sinetron populer Keluarga Cemara hingga Satu Kakak Tujuh Keponakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement