REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah anemia pada remaja putri bisa menjadi efek domino yang panjang. Kondisi ini bisa mendorong masalah kesehatan pada generasi berikutnya dengan risiko mengidap penyakit tidak menular.
Kondisi jumlah sel darah merah lebih rendah dari jumlah normal memang terlihat hanya menimbulkan masalah lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5L). Padahal, gadis yang terkena anemia tubuhnya akan kurang prima dari segi kesehatan.
"Ketika nanti menjadi ibu hamil, anemia yang dialaminya bisa berpengaruh pada janin," ujar Kabid Kesmas Dinkes Jawa Timur Vitria Dewi.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, proporsi anemia pada ibu hamil mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tahun 2013, jumlahnya sebesar 37,1 persen dan pada 2018 menjadi 48,9 persen.
Ibu hamil yang anemia bisa mendorong anak lahir dengan kondisi yang tidak proposional. Vitria pun mendorong para gadis untuk menyadari pentingnya melawan anemia sejak dini.
Menurut Vitria, remaja perempuan dianjurkan untuk mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) untuk memenuhi kebutuhan gizi agar terhindar anemia. Dengan meminum TTD sepekan sekali secara teratur, maka remaja perempuan akan memiliki kualitas tubuh yang lebih bugar dan tidak mudah terserang 5L.
Namun, data Riskesdas masih menunjukan konsumsi TTD belum maksimal pada remaja perempuan. Cakupan pemberiannya masih 76,2 persen, di mana yang mendapat TTD di sekolah sebesar 80,9 persen dan yang mengonsumsi TTD lebih dari 52 tablet hanya sebesar 1,4 persen.