REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak sepenuhnya milenial yang terlihat sangat tak gagap teknologi dan memiliki gaya hidup yang modern sudah merencanakan matang kehidupannya. Masih banyak milenial yang tidak memiliki strategi menata perencanaan keuangannya.
Salah satu perusahaan global terkemuka di bidang pertukaran aset kripto, mengumumkan sebuah survei atas kerjasama dengan lembaga survei Dalia yang dikerjakan pada Mei hingga Juni 2019 lalu, kepada milenial di tiga benua, Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dari survei kepada 1.050 responden Indonesia, sebanyak 69 persen dari mereka tak memiliki strategi investasi.
“Dari hasil survei kita dapatkan bahwa ternyata milenial Indonesia masih lebih sibuk untuk menabung, daripada berinvestasi. Sekitar 69 persen dari responden, tidak memiliki strategi investasi, sehingga uang yang dimiliki mereka hanya ditabung di dalam rekening bank,” jelas Community Event Lead Luno Indonesia, Debora Valentini Ginting, di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Sementara, poin survei berikutnya adalah sebanyak 44 persen milenial Indonesia telah melakukan investasi dalam waktu satu tahun atau dua tahun. Dan, sebanyak 20 persen milenial Indonesia, tidak pernah melakukan investasi.
Prosentase-prosentase tersebut dinilai Debora merupakan angka yang cukup bagus untuk pertumbuhan investasi di kalangan milenial. Hanya saja, dia tak memberikan penjelasan lebih rinci, alasan mengapa mereka tidak melakukan investasi.
“Dari angka-angka ini sebenarnya bisa kita katakan bahwa milenial itu ‘melek’ akan investasi. Ini angka yang lumayan bagus, sebenarnya,” jelas dia.
Hasil survei yang juga tak kalah menarik adalah sebanyak 79 persen kaum milenial telah menetapkan anggaran dan mengatur uang bulanan setiap bulan. Dari total 79 persen itu, sebanyak 70 persen diantaranya pun telah mengikuti rencana anggaran tersebut dengan tepat, sementara sisanya tak mematuhi anggarannya.
“Temuan ini mengindikasikan, kaum milenial Indonesia sebenarnya cukup disiplin dengan rancangan anggaran keuangan mereka, namun mereka hanya tidak mengetahui bagaimana menggunakan uang juga untuk berinvestasi, daripada sekadar menyimpannya dalam rekening bank,” tutur Debora.
Debora sendiri mengakui, sebanyak 60 persen dari 400 ribu pengguna Luno merupakan kalangan milenial. Populasi milenial Indonesia juga diperkirakan akan mencapai 34 persen dari total populasi pada 2020 dan akan menjadi salah satu pendorong utama perekonomian negara. Oleh sebab itu, kata Debora, tentu menjadi sebuah hal yang penting dengan mendorong kalangan milenial mempelajari investasi kriptokurensi.