Senin 15 Jul 2019 16:00 WIB

Antisipasi Radang Usus pada Buah Hati

Inflamasi usus pada bayi bisa menyebabkan kekurangan gizi.

Rep: Gumanti Awaliyah, Desy Susilawati/ Red: Yudha Manggala P Putra
Anak sakit perut
Foto: Musiron/Republika
Anak sakit perut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang tua mengharapkan buah hatinya tumbuh dengan baik dan sehat. Karena itu, mereka memberikan apa pun yang terbaik, termasuk asupan dan nutrisinya agar mereka mengalami tumbuh kembang yang optimal.

Namun, apabila bayinya tidak mengalami kenaikan tinggi badan yang cukup signifikan, orang tua perlu mewaspadainya. Karenanya, ketika bayi pada golongan usia tertentu tidak menunjukkan parameter pertumbuhan tinggi badan yang baik, orang tua harus mewaspadai berbagai faktor risiko yang bisa terjadi pada bayi.

Salah satu faktor risiko yang perlu diperhatikan pada bayi yang mengalami gangguan pertumbuhan atau tumbuh kembangnya adalah adanya masalah kesehatan. Inflamasi atau radang usus pada bayi bisa menjadi salah satu penyebab bayi tak dapat bertumbuh dengan baik.

Ahli gizi sekaligus dosen di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Jakarta II, Syarief Darmawan, menjelaskan, ada satu parameter yang dapat digunakan oleh orang tua untuk memantau pertumbuhan anak dan mengetahui kondisi kesehatan bayinya. Mereka perlu mengantisipasi radang usus pada bayinya dengan rutin mengontrol dan mengukur tinggi badan bayinya.

"Untuk anak di bawah usia dua tahun itu, minimal tiga bulan sekali diukur tingginya. Itu harus dilakukan sebagai antisipasi. Karena kalau lebih dari dua tahun, ya tidak bisa diantisipasi. Nah, dampak dari penurunan tinggi badan itu macam-macam. Dikhawatirkan terjadi inflamasi usus dan gangguan hormon," kata Syarief seusai promosi doktor biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Inflamasi usus pada bayi bisa menyebabkan kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan nutrisi. Artinya, inflamasi akan menghambat zat-zat gizi yang dimakan dan tubuh tidak bisa menyerap kandungan gizi dengan baik. Selain itu, inflamasi juga akan mengganggu pertumbuhan kecerdasan dan aktivitas fisik bayi. "Jika sudah inflamasi, zat-zat gizi akan dibuang kembali melalui feses," kata dia.

Jadi, lanjut dia, seberapa banyak makanan yang masuk ke dalam tubuh pun, tidak akan bisa diserap oleh saluran pencernaannya. Akibatnya, makanan yang di proses itu langsung dibuang. "Jadi sayang, kalau kandungan gizi makanan tidak bisa diserap dengan baik, dampaknya pertumbuhan dan kecerdasan bayi akan terganggu."

Menurut Syarief, inflamasi usus bisa dipicu oleh beberapa hal, misalnya infeksi virus, bakteri, atau organisme patogen, dan gangguan keseimbangan mikro biota dalam saluran cerna. Untuk itu, agar mikrobiota dalam tubuh bayi bisa seimbang, ibu harus memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif dan memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) saat bayi sudah berusia enam bulan ke atas.

Dijelaskannya, ASI mampu menyeimbangkan mikrobiota. Kemampuan ini berasal dari kandungan ASI yang terdiri atas immunoglobulin A yang mampu melekatkan mikroba baik pada saluran pencernaan anak serta oligosakarida yang menjadi asupan bakteri. Sementara, kandungan immunoglobulin A dan oligosakarida tidak dapat ditemui pada susu sapi atau produk susu formula lainnya.

"Jadi, ya memang pemberian ASI eksklusif itu penting karena banyak kandungan alami yang baik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi. Kandungan dalam ASI juga tidak dimiliki susu formula atau susu sapi," kata Syarief.

Pengukuran pertumbuhan

Radang usus bisa diketahui dengan mengukur pertumbuhan tinggi bayi. Karena itu, orang tua perlu memperhatikan pertumbuhan tinggi buah hatinya setiap beberapa waktu. Untuk itu, panduannya bisa didasarkan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) yang selalu ada di masing-masing posyandu atau di klinik-klinik untuk konsultasi pertumbuhan bayi.

Jika bayi pada usia 0 bulan hingga 2 tahun bayi tidak mengalami kenaikan tinggi yang optimal atau malah mengalami penurunan tinggi, diprediksi bayi mengalami radang usus. Peningkatan tinggi badan untuk usia 0 hingga 6 bulan berkisar 32 senti meter per tahun. Lalu, pertumbuhan tinggi badan untuk usia 7 bulan sampai satu tahun sekitar 16 sentimeter per tahun dan 8 sentimeter per tahun untuk usia 1 tahun hingga 2 tahun.

"Intinya yang perlu ditekankan antisipasi dan kewaspadaan orang tua penting. Sehingga, penyakit itu bisa dicegah dan diantisipasi sedini mungkin, untuk memungkinkan anak bisa tumbuh dengan sehat dan ideal," kata dia.

Dalam risetnya yang berjudul "Peran Inflamasi Usus pada Anak Usia Di Bawah 2 Tahun terhadap Kejadian Pendek", Syarief melibat kan responden anak usia 6 bulan sampai 23 bulan sebanyak 269 orang di Kampung Melayu, Jakarta.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 20,4 persen anak bertubuh pendek dengan 55,8 persen adalah laki-laki. Lalu, sebanyak 55,5 persen berasal dari kelompok umur 12 bulan sampai 23 bulan dan 47,3 persen memiliki orang tua normal.

Namun, riset ini tidak menampilkan cakupan ASI atau riwayat pemberian ASI eksklusif para responden di Kampung Melayu. Meski begitu, riset ini bisa semakin menguatkan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada anak. Karena, akan sangat menyedihkan jika bayi yang terlahir normal mengalami gangguan pertumbuhan (pendek) atau mengalami radang usus karena disebabkan tidak mendapat ASI eksklusif dari sang ibu.

Di tempat terpisah, spesialis anak RSIA Kemang Medical Care (KMC) dr Anjar Setiani SpA menjelaskan, salah satu faktor utama yang mendukung tumbuh kembang anak adalah nutrisi. Untuk nutrisi bayi usia nol sampai enam bulan hanyalah dari ASI.

Sementara, usia di atas enam bulan sampai 24 bulan, selain ASI dapat diberikan MPASI. Di atas 24 bulan, anak membutuhkan makanan dengan gizi seimbang dan leng kap, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Bayi membutuhkan ASI, kata dia, tak hanya untuk pertumbuhannya, tetapi juga untuk perkembangan kecerdasan dan keterampilan motorik kasar dan halus, mental, sosial dan emosional, psikososial, juga inteligensia. Agar tumbuh kembang optimal, anak membutuhkan nutrisi juga stimulasi.

Selain memengaruhi pertumbuhan, nutrisi juga mempengaruhi perkembangan otak. "ASI adalah nutrisi yang terbaik untuk perkembangan otak manusia," ujarnya.

Selain menjamin kebutuhan nutrisi, sambung dia, menyusui juga meningkatkan hubungan atau ikatan batin antara ibu dan anak. Karenanya, keberhasilan ibu memberikan ASI-nya kepada bayinya dalam dua tahun akan berpengaruh kuat pada pertumbuhan dan perkembangan bayinya.

sumber : Pusat Data Republika/Dewi Mardiani
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement