REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ahli toksikologi dari Universitas Airlangga (Unair) Win Darmanto mengungkapkan penggunaan plastik berlebih bisa meningkatkan risiko penyakit diabetes mellitus. Win mengatakan semakin tinggi angka penggunaan plastik di dunia, semakin tinggi juga angka diabetes mellitus di masyarakat.
Plasticizer merupakan bahan tambahan atau aditif yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan dari suatu material. Jika plasticizer masuk dalam tubuh, maka akan terurai menjadi metoksi acetik acid yang dapat mengakibatkan cacat.
"Uraian dari plasik akan berubah menjadi mikroplastik dengan struktur plastik yang sudah terpecah, tidak terlihat oleh mata dan larut dalam air," ujar Win di Surabaya, Kamis (11/7).
Win menjelaskan plasticizer yang terkandung dalam plastik meningkatkan risiko terhadap diabetes mellitus. Ini karena bahan itu dapat mengakibatkan terganggunya proses produksi insulin yang terjadi dalam tubuh. Apabila produksi insulin terganggu akan mengakibatkan rusaknya pankreas dan pada akhirnya akan mengakibatkan diabetes mellitus.
Semua bahan yang mengandung plasticizer, kata dia, mempunyai kadar yang berbeda satu sama lain. Banyak upaya yang dapat dilakukan guna menekan tingginya pemakaian plastik yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan.
"Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan mendaur ulang dan membakar limbah plastik dengan tekanan yang tinggi. Hasil dari pembakaran dengan tekanan yang tinggi akan menghasilkan kadar karbon yang rendah dan dapat juga digunakan sebagai sumber energi," ujar Win.
Cara mengurangi angka diabetes mellitus yaitu dapat menggunakan beberapa jenis jamur tertentu dengan kadar yang harus diawasi. Jenis jamur yang paling cocok digunakan untuk mencegah dan mengurangi dampak diabetes mellitus adalah jenis jamur kayu (ganoderma).
Berdasarkan penelitian selain dapat menekan angka diabetes mellitus, pengurangan plastik, juga dapat membantu menekan angka kelahiran bayi dengan kondisi tidak normal. Plasticizer telah diuji coba pada tikus dan hasilnya dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan nitrat. Dengan demikian ibu hamil disarankan untuk mengurangi penggunaan bahan yang mengandung plastik.
“Ibu hamil menjadi salah satu yang memiliki faktor risiko terhadap paparan plasticizer. Harapannya dengan adanya penelitian ini, mampu mengedukasi ibu hamil akan bahaya penggunaan plastik bagi janin,“ kata pria yang juga menjabat dekan Fakultas Sains dan Teknologi Unair tersebut.