Rabu 10 Jul 2019 22:43 WIB

Maestro Lukis Amrus Natalsya akan Gelar Pameran Terakhir

Dia pernah menggemparkan dunia seni rupa lewat karya fenomenal berjudul 'Pecinan'.

Amrus Natalsya bersama salah satu karya seninya.
Foto: DOK. PRI
Amrus Natalsya bersama salah satu karya seninya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maestro lukis sekaligus pematung Indonesia, Amrus Natalsya, akan mengadakan pameran tunggal bertema “Terakhir, Selamat Tinggal dan Terima Kasih” di Galeri Cipta II Taman Marzuki pada 14 juli-23 Juli mendatang. Pameran ini merupakan hasil kerja sama dengan Taman Ismail Marzuki dan Etty Mustafa Art Collection. Upacara pembukaan pameran dilaksanakan pada Ahad (14/7) pukul 12.00 WIB.

Etty Mustafa mengungkapkan, pameran ini dibuat untuk terakhir kali nya oleh sang perupa beraliran revolusionary realism ini mengingat umurnya yang tidak lagi muda. “Di dalam pameran ini Amrus Natalsya akan menampilkan sekitar 50 karya-karyanya yang banyak mengangkat tema sosial seperti lukisan kanvas dan lukisan pahat bertema pasar, Pecinan dan patung kapal Nuh," ujar Etty di Jakarta, Rabu (10/7).

Pameran tersebut rencananya akan dihadiri langsung oleh tokoh sanggar Bumi Tarung, Misbach thamrin, dan dibuka langsung oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Kurator seni Indonesia Agus Dermawan menambahkan, lukisan kayu Amrus telah menghasilkan karya berciri khas pribadi. Menurut dia, lukisan Amrus berhasil menemukan jejak-jejak traditionalitas.

“Pameran tunggal ini adalah bukti keberadaan (eksistensi) Sanggar Bumi Tarung dalam sejarah seni rupa indonesia sejak 58 tahun yang silam. Ketika pendirinya Amrus natalsya berumur 28 tahun saat itu," ungkap Agus.

Kurator pameran, Mahardika Yudha, mengatakan, proyek seni kehidupan masyarakat di pecinan adalah salah satu filen fitur dari Amrus Natalsya yang dikembangkan sejak reformasi 1998. "Tema ini dipilih sebagai bentuk empatinya pada situasi masyarakat Indonesia ketika terjadi peristiwa Mei 1998, ujar dia.

Amrus Natalsya lahir pada 21 Oktober 1993, di Medan, Sumatra Utara. Putra dari pasangan Rustam Syah Alam dan Aminah, ini sudah menunjukkan bakat seni sejak kecil. Pada tahun 1954, Ia memulai pendidikan seni di ASRI Yogyakarta. Sejak saat itu Amrus mulai menghasilkan karya berupa patung dan lukisan.

Amrus juga dikenal sering mengangkat tema sosial dan kesulitan yang dihadapi manusia sehari-hari dalam karyanya. Di tahun 1955, patung hasil karya pertama Amrus yang berjudul ‘Orang Buta yang Terlupakan’ dibeli oleh Presiden Soekarno ketika dipamerkan dalam "LUSTRUM Pertama Asri" di Sono Budoyo, Yogyakarta. Presiden Soekarno kemudian juga mengkoleksi karya Amrus lainnya yang berjudul "Kawan-kawanku".

photo
Salah satu karya seni yang dihasilkan oleh Amrus Natalsya. DOK. PRI

Karya Amrus kemudian sering ditampilkan dalam berbagai pameran, seperti: Pameran tunggal di Taman Merdeka Utara, Jakarta (1955); Pameran Lukisan di Wina, Austria (1955); Pameran "Konferensi Asia Afrika" di Bandung (1955); Pameran Bersama mahasiswa ASRI (1961-1963); Pameran Tunggal di Galeri Lontar, Jakarta (1995); karya terbaik dalam Pameran Patung Kontemporer "Trienale Jakarta II" (1998); Pameran "Kepedulian Sesama Pelukis" di Galeri 678, Jakarta (2000); dan Pameran Tunggal “Kampung dan Metropolitan” di Galeri 678, Jakarta.

Di akhir tahun 90-an, dia pernah menggemparkan dunia seni rupa Indonesia dengan karya fenomenalnya yang berjudul “Pecinan”, dalam bentuk cukil kayu, yang menjadi ciri khasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement