Sabtu 06 Jul 2019 14:19 WIB

Semprotkan Ekstrak ini untuk Raih Mulut Segarmu

Khasiat ekstrak propolis dan biji memiliki kandungan senyawa antibakteri.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan penyegar mulut berbahan alami.
Foto: Humas UB
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan penyegar mulut berbahan alami.

REPUBLIKA.CO.ID, Nafas segar menjadi hal penting dalam dalam berinteraksi secara langsung. Aspek ini juga menjadi faktor utama kepercayaan diri seseorang saat berkomunikasi dengan lawan bicara. 

Namun terkadang, nafas mulut seseorang nyatanya tidak selalu dalam kondisi diinginkan. Beberapa di antaranya karena faktor makanan yang telah dikonsumsi. Sisa makanan di mulut bisa menimbulkan banyak bakteri sehingga memicu rasa tidak sedap.

Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Pranaya Arya Satya mengatakan, permasalahan bau mulut sebenarnya sudah memiliki beberapa solusi. Antara lain dengan menggosok gigi dan mengonsumsi permen. "Tapi cara ini masih kurang praktis. Permen harus berada di mulut sekitar lima sampai 10 menit supaya baunya bisa hilang. Sementara gosok gigi harus bawa barangnya," kata Pranaya kepada Republika.co.id, Jumat (5/7).

photo
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan penyegar mulut berbahan alami.

Melihat kondisi demikian, Pranaya, Fidhatul Fajrika Julian, Afina Muti’ah Tuhepaly, Ahmad Ghozali dan Wenning Firda Sari mencoba mencari solusi yang lebih praktis. Mereka menggunakan teknis semprot sehingga dapat dibawa dengan mudah. Inovasi ini kemudian dinamakan B-Spray.

Pranaya tak menampik, solusi bau mulut dalam bentuk semprotan telah tersedia di pasar. Namun hampir sebagian besar di antaranya masih menggunakan bahan kimia. Apalagi, tidak semua masyarakat dapat beradaptasi dengan bahan tersebut.

"Ada yang mungkin suka panas di mulut. Karena itu, kita buat yang berbahan alami untuk menghindari efek itu," tegas mahasiswa angkatan 2015 ini.

Menurut Pranaya, pelarut bahan alami yang mereka gunakan, yakni ekstrak propolis dan biji pepaya. Timnya sengaja tidak menggunakan alat pelarut berupa alkohol. Tujuannya, untuk menjaga tingkat kehalalan produk juga.

Pranaya menjelaskan, khasiat ekstrak propolis dan biji pepaya sebelumnya telah terbukti berdasarkan sejumlah penelitian. Bahan-bahan ini memiliki kandungan senyawa antibakteri. Dengan demikian, dapat mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri di dalam rongga mulut.

Selain itu, Pranaya dan tim juga menambahkan bahan penunjang lainnya. Ialah peppermint oil yang dinilai mampu memberikan sensasi rasa segar dalam larutan. Tidak lupa menambahkan madu sebagai rasa manis dalam produknya.

Penelitian yang telah dilakukan sejak April ini telah membuahkan hasil nyata. Produk berukuran 30 mililiter (ml) dalam botol semprot ini sudah dikomersilkan. Dengan harga Rp 20 ribu per botol, produk bisa dimanfaatkan sejumlah masyarakat.

Untuk sementara, Pranaya baru dapat memasarkan produk di sekitar kampus dan Malang. Beberapa di antaranya sudah ada yang terjual ke luar kota berkat event-event tertentu. Sebagian besar pembeli produk ini berasal dari kalangan pegawai kantoran.

Melihat situasi ini, Pranaya berharap, bisa memperbaiki kemasan produk ke depannya. Ia ingin menyediakan B-SPRAY dalam ukuran 10 mililiter seharga Rp 10 ribu. "Harapannya untuk mahasiswa bisa terjangkau," tambah dia.

Selain itu, Pranaya juga berencana untuk mengubah kemasa lebih menarik lagi. Sebab, kemasan botol yang saat ini dipakai masih terbilang sangat umum. Bentuk unik tentu dapat lebih menarik minat pembeli. 

Sejauh ini, Pranaya mengklaim, belum mendapatkan respon negatif dari para pengguna. Hampir sebagian besar pengguna merasa segar seusai memakai B-SPRAY. Rasanya pun manis karena telah ditambah madu di dalamnya. "Ada juga yang bilang peppermint oil-nya kuat," tambah dia.

Kekurangannya, dia menilai, isi produk lebih cepat habis dalam waktu satu hingga dua pekan. Apalagi jika pengunaannya cukup sering dalam sehari. Normalnya, sesuai dosis dua sampai tiga semprotan setiap selesai makan. Walau tidak makan, merasa bau, bisa juga disemprot," jelas Pranaya.

Pranaya juga memastikan tak ada efek tertentu apabila menggunakannya secara berlebihan. Hanya saja produk lebih rentan cepat habis sehingga terkesan boros. "Eman (sayang--red) saja nanti makainya," tutup Pranaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement