REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sosok Tulus saat ini menjadi pusat perhatian banyak orang. Di balik talenta dan kepercayaan dirinya, ternyata ada dorongan dari guru Tulus yang besar semasa sekolah di Bukittinggi, Sumatera Barat.
"Rasa percaya diri yang ada sampai sekarang itu sudah terpupuk sejak kecil. Itu bukan karena dipupuk baru-baru ini. Saya dulu didorong oleh guru SD saya bernama Bu Nur," ujar penyanyi yang memiliki nama lengkap Muhammad Tulus itu.
Pelantun tembang "Teman Hidup" itu mengatakan sosok guru bernama Ibu Nur itu merupakan sosok yang pertama kali memaksa dia untuk bernyanyi di depan umum. Tulus mengaku saat itu sempat tak percaya diri.
Akan tetapi, paksaan itu pada akhirnya membuat dia berani untuk tampil di depan. Dia pun bernyanyi hingga pada akhirnya dia mendapatkan tepuk tangan yang meriah sebagai apresiasi.
"Setelah itu, Ibu Nur itu langsung memeluk saya. Lalu dia mengatakan kepada saya, 'Kamu nanti pada saat dewasa nanti bisa memilih jalan untuk menjadi seorang penyanyi'," kata Tulus menirukan apa yang diutarakan oleh gurunya itu.
Penyanyi kelahiran tahun 1987 itu pun menyebut momentum itu sangat sederhana namun sangat memberikannya dampak dan perubahan yang besar pada dia. Semenjak itu, dia menjadi lebih percaya diri untuk tampil di depan umum.
Setelah dia dewasa, beberapa tahun yang lalu dia sempat menemui gurunya itu. Saat pertemuannya dengan Ibu Nur, dia menyebut gurunya itu tak mengingat dia dan momentum ketika dia diminta untuk bernyanyi di depan umum.
"Tiga tahun yang lalu saya bertemu dengan beliau. Saya tanya kepada beliau, 'Bu, ingat nggak, saya dulu disuruh ibu untuk bernyanyi, lalu ibu bilang saya bisa jadi penyanyi?' Sayangnya beliau tidak ingat karena jumlah siswanya yang ribuan," ujar dia.
Tulus menuturkan, meskipun gurunya itu tak ingat dengan momentum itu karena jumlah siswa yang sangat banyak, akan tetapi satu momentum itu memiliki dampak yang sangat besar kepada seorang siswanya. Artinya, peran guru kepada kehidupan siswanya sangatlah besar.
Menyadari hal itu, dia bersama dengan rekannya, Farli Sukanto yang tergabung dalam komunitas Bantu Guru Belajar Lagi (BGBL) membuat Kamp Guru Penggerak. Kegiatan yang berlangsung sejak 1 Juli hingga 5 Juli ini memberikan banyak bekal kepada para guru untuk menjadi guru penggerak perubahan.