REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang beralih ke suplemen makanan untuk menjaga atau melindungi kesehatan otak. Padahal, suplemen ini tidak memberikan efek yang diklaim untuk membantu otak.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) tidak memperlakukan suplemen seperti obat resep. Suplemen tidak diuji keakuratan bahan yang dinyatakan oleh laboratorium independen dan tidak memiliki bukti ilmiah yang sah yang akan menunjukkan keefektif.
FDA bergantung pada produsen untuk menguji keamanan suplemen, bukan untuk kemanjurannya. Mereka tidak dikenakan uji klinis yang ketat yang berlaku untuk obat resep.
Banyak saat ini suplemen yang beredar menyatakan klaim "Mendukung fungsi otak yang sehat dan kewaspadaan mental." Namun, ternyata itu hanya klaim sepihak karena belum pernah diuji oleh badan resmi milik pemerintah, sehingga, produk ini tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis, mencegah, atau menyembuhkan penyakit apa pun.
"Sejumlah perusahaan yang menjual jenis suplemen makanan lainnya baru-baru ini menerima surat dari FDA yang mengharuskan mereka mengubah iklan mereka agar tidak melebih-lebihkan manfaat produk mereka," ujar profesor neurologi di University of Florida Steven DeKosky, dikutip dari WashingtonPost, Selasa (2/7).
Vitamin memang diperlukan, meskipun kebanyakan orang tidak membutuhkannya. Seseorang yang makan dengan normal dan mengonsumsi bermacam-macam jenis makanan tidak perlu mengonsumsi vitamin atau mineral tambahan.
Orang yang memiliki jumlah makanan yang tidak mencukupi yang membutuhkan vitamin B12 atau B6, sehingga perlu minum suplemen. Hanya saja, beberapa orang mungkin mengonsumsi vitamin dan suplemen hanya dengan alasan menambah kandungan vitamin dan mineral dalam tubuh saja.
Ketimbang mengonsumi suplemen, DeKosky menyarankan untuk mengatur pola makan. Dengan memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang, maka kesehatan otak bisa lebih terjamin ketimbang mengandalkan tambahan dari obat-obatan tersebut.