Kamis 27 Jun 2019 07:04 WIB

NTB Butuh Contoh Konkret Destinasi Wisata Halal

Ketua APII Fauzan Zakaria mengatakan konsep wisata halal di NTB belum maksimal

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah wisatawan asing berjemur di pinggir pantai Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Kamis (16/8).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah wisatawan asing berjemur di pinggir pantai Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Kamis (16/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Ketua Asosiasi Pariwisata Islam Indonesia (APII) Fauzan Zakaria mengatakan konsep wisata halal di Nusa Tenggara Barat (NTB) belum dimaksimalkan secara konkret pada tataran implementasi di lapangan. NTB terutama Pulau Lombok yang sudah kadung dikenal sebagai destinasi wisata halal perlu memiliki kawasan yang menjadi proyek percontohan wisata halal.

Menurutnya hal ini penting untuk menjawab keinginan pasar wisata halal. "Saat kita berpromosi khususnya pada pasar wisata halal, selalu saja para pelaku wisata menanyakan mana wisata halal di NTB, wujudnya seperti apa, apakah (Gili) Trawangan, Senggigi, atau Mandalika," ujar Fauzan di Mataram, Rabu (26/6).

Baca Juga

Ia menilai adanya kawasan wisata halal akan memudahkan para pelaku usaha wisata menjawab pertanyaan dari pelaku wisata mancanegara atau wisatawan mancanegara (wisman) terkait destinasi wisata halal di NTB. "Saya pikir sudah saatnya harus ada sebuah kawasan proyek percontohan untuk wisata halal ini di NTB," ucap Fauzan.

Fauzan mengatakan APII mendorong adanya proyek percontohan wisata halal. APII pernah mengusulkan proyek percontohan wisata halal di beberapa objek wisata seperti Pantai Mawun di Kabupaten Lombok Tengah dan Gili Meno di Kabupaten Lombok Utara. Kedua tempat ini memiliki pantai eksotis  yang relatif belum begitu ramai dan dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata keluarga yang nyaman.

"APII sudah berkali-kali sampaikan harus ada proyek percontohan wisata halal, tapi kembali ke kebijakan pemerintah," lanjut Fauzan.

Fauzan mengungkapkan NTB pada dasarnya sudah berhasil mengenalkan citra daerah sebagai destinasi wisata halal. Provinsi ini pernah meraih The Best World Halal Destination dan The Best Halal Honeymoon Destination pada 2015. Meski begitu, keberhasilan ini dapat menjadi bumerang apabila gambaran tentang wisata halal saat promosi tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Menurut Fauzan, NTB perlu melakukan pembenahan destinasi wisata mulai dari sarana, prasarana, hingga kualitas sumber daya manusia (SDM). Selain itu, Fauzan juga menyoroti belum adanya aturan baku mengenai prosedur operasi standar (POS) wisata halal di NTB.

Fauzan mengambil contoh model wisata sejarah dan religi yang ditawarkan Mesir seperti di Masjid Al-Azhar, di mana dalam POS diatur tata cara busana dengan menyediakan gamis bagi para wisatawan. "Wisatawan merasa senang. Mereka mau menggunakan baju gamis yang disediakan, malah bangga berswafoto di masjid tersebut," kata Fauzan.

Fauzan ingin wisata halal NTB memiliki POS yang kurang-lebih serupa di mana ada tata cara aturan hingga penggunaan busana dengan mengangkat kearifan lokal. "Wisatawan juga pasti senang karena ada pengalaman baru sehingga kita tidak hanya sekadar jual keindahan alam, tapi juga keunikan kultur budaya," ujarnya.

Fauzan menegaskan konsep wisata halal di NTB tidak akan menghilangkan segmentasi wisata konvensional. Akan tetapi semakin memperkuat potensi wisata NTB lantaran keduanya memiliki pangsa pasar yang berbeda. Sebagai 'pemain baru', segmentasi wisata halal harus tampil lebih baik dari wisata konvensional baik dari aspek layanan, kebersihan, hingga kenyamanan.

"Wisata halal sumbernya Islam dan sangat menekankan pentingnya kebersihan. Tidak bisa dikatakan wisata halal kalau tidak bersih. Pun dengan servis wisata halal juga harus lebih dari wisata konvensional. Memuliakan tamu harus jadi ciri khas wisata halal NTB," kata Fauzan menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement