Meski hampir setiap tahun harganya naik karena dibebani cukai, industri rokok di Indonesia boleh dibilang tak pernah sepi pelanggan. Industri ini pun tak terpengaruh kampanye anti rokok yang masif, hingga pembatasan merokok di ruang publik, iklan rokok, dan cara lainnya yang ditujukan untuk mengurangi konsumsi rokok.
Dari ribuan pabrik rokok di Tanah Air, salah satu perusahaan rokok terbesar adalah Gudang Garam Tbk" href="https://www.cermati.com/artikel/10-brand-make-up-lokal-berkualitas-yang-wajib-dipunyai-millenial">PT Gudang Garam Tbk. Didirikan oleh pengusaha Surya Wonowidjojo, Gudang Garam kini telah berusia 60 tahun. Separuh abad berdiri, perusahaan rokok tersebut menempati urutan ke-5 terbesar dan tertua yang memproduksi rokok kretek.
Mau tahu lebih jauh sejarah emiten berkode GGRM ini berdiri sampai sukses mengibarkan bendera perusahaan selama puluhan tahun? Simak perjalanannya dalam ulasan berikut ini, seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Baca Juga: Mengintip Sejarah Sinarmas, Kerajaan Bisnis Milik Konglomerat Eka Tjipta Widjaja
Sejarah Berdirinya Gudang Garam
Berdiri pada 26 Juni 1958, perintis Gudang Garam adalah Tjoa Tjien Hwie atau yang akrab disapa Surya Wonowidjoyo. Ia hijrah dari Fujian, China ke Madura pada tahun 1920. Saat berusia 20 tahunan, Surya ditawari sang paman untuk bekerja di pabrik rokok Cap 93. Itu adalah paling tersohor di Jawa Timur kala itu. Berkat keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Surya mendapatkan promosi jabatan hingga mencapai posisi Direktur.
Tepat pada tahun 1958, Surya pamit dari perusahaan rokok yang telah melesatkan kariernya itu. Selanjutnya, ia terjun membuka pabrik rokok skala rumahan di Kediri, Jawa Timur. Berbekal lahan seluas 1.000 meter persegi, Surya mulai memproduksi rokok kretek dengan label nama Ing Whie.
Seiring berjalannya waktu, merek Ing Whie diubah menjadi Tjap Gudang Garam. Strategi pemasarannya bekerja sama dengan PT Surya Madistrindo. Perusahaan tersebut yang mendistribusikan rokok kretek Tjap Gudang Garam ke pedagang, dan kemudian dijual eceran ke konsumen.
Dari Usaha Kecil Naik Kelas Jadi Usaha Besar
Surya terkenal karena etos kerjanya yang tinggi. Bekerja keras hingga pulang larut malam. Ia terkenal dengan inovasi pendirian unit produksi di daerah Gurah pada tahun 1960-an. Di tahun tersebut, permintaan rokok sigaret kretek linting klobot atau yang disebut SKL dan sigaret kretek linting tangan atau SKT sedang meningkat tajam.
Bisnis berkembang, Gudang Garam naik kelas di tahun 1969. Dari skala industri rumahan, berubah status berbentuk Firma. Peningkatan produksi rokok memaksa unit produksi pindah dari Gurah ke Kediri. Bisnis tumbuh pesat, keuntungan naik, sehingga dalam kurun waktu 2 tahun saja, perusahaan Surya naik level menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Seiring perjalanannya, bisnis rokok semakin berjaya. Selang 8 tahun, Gudang Garam mulai merambah produksi rokok berbasis mesin atau lebih dikenal dengan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Gudang Garam memiliki kompleks perkebunan tembakau seluas 514 are di Kediri.
Melantai di Bursa Saham
Melantai di Bursa Efek Indonesia
Pada 28 Agustus 1985, seluruh karyawan Gudang Garam berduka. Surya wafat dan mewariskan perusahaan ke putranya, Tjoa To Hing atau Rachman Halim. Sementara adik Rachman, Susilo Wonodidjodjo menduduki posisi Direktur. Rachman dikenal sebagai pribadi yang low profile dan dermawan. Hidup bergelimang harta membawanya masuk dalam barisan orang terkaya di Asia Tenggara (ASEAN) saat itu.
Di bawah kepemimpinan Rachman, Gudang Garam go public. Melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten GGRM. Di tangan generasi kedua ini, Gudang Garam tumbuh menjadi perusahaan terbuka yang semakin maju. Inovasi demi inovasi terus dilahirkan, di mana pada tahun 2002, perusahaan merilis rokok kretek mild terbaru.
Selain itu, Gudang Garam mendirikan PT Surya Madistrindo (SM) yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan tersebut menjalankan distribusi produk sigaret Gudang Garam bersama 3 perusahaan distribusi lainnya. SM kini memiliki lebih dari 14 ribu karyawan yang tersebar di 12 kantor perwakilan regional dan lebih dari 180 kantor perwakilan area di Indonesia.
Keberhasilan Rachman memimpin Gudang Garam mengantarkannya menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun 2005.
Go International
Tongkat kepemimpinan Gudang Garam diteruskan Susilo Wonowidjojo, adik Rachman pasca sang kakak meninggal di tahun 2008. Di tangan dinginnya, kinerja perusahaan terus melesat. Gudang Garam mulai ekspansi ke luar negeri atau ekspor. Perusahaan juga mampu mencetak pendapatan Rp95,7 triliun di tahun lalu.
Dengan prestasi tersebut, Gudang Garam masuk dalam daftar 2.000 perusahaan publik global terbesar di dunia pada tahun 2019 versi Forbes. GGRM berada diurutan 1.448 dengan aset mencapai USD4,8 miliar atau setara dengan Rp68,64 triliun (kurs Rp14.300 per USD). Sementara sang bos, Susilo Wonowidjojo tercatat sebagai crazy rich kedua di Indonesia versi Forbes dengan harta kekayaan USD9,2 miliar atau setara Rp131,56 triliun di 2018.
Baca Juga: 10 Brand Indonesia yang Mendunia ini Dikira Milik Luar Negeri
Ini Resep Sukses Gudang Garam
Mencapai kesuksesan hingga Gudang Garam besar bukan hal mudah. Pencapaian tersebut berkat konsistensi manajemen maupun seluruh karyawan dalam menanamkan nilai-nilai luhur perusahaan yang tertuang dalam Catur Dharma. Berikut isi dari Catur Dharma seperti dilansir dari situs resmi perusahaan:
- Kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas merupakan suatu kebahagiaan.
- Kerja keras, ulet, jujur, sehat, dan beriman adalah prasyarat kesuksesan.
- Kesuksesan tidak dapat terlepas dari peranan dan kerja sama dengan orang lain.
- Karyawan adalah mitra usaha yang utama.
Memiliki filosofi yang cukup kuat membentuk karakter perusahaan. Tumbuh berkembang menjadi lebih besar dari tahun ke tahun tanpa meninggalkan Catur Dharma tersebut.
Melebarkan Sayap ke Sektor Bisnis Lain
Tak puas bergerak di industri rokok saja, Gudang Garam merambah sektor bisnis lain, yakni mendirikan perusahaan investasi bernama PT Surya Dhoho Investama dengan suntikkan modal sebesar Rp99,99 miliar. Dengan perusahaan tersebut, diharapkan dapat menunjang bisnis inti perseroan.
Di samping itu, rencananya GGRM akan membangun bandara Kediri di Jawa Timur dengan kebutuhan investasi sekitar lebih dari Rp1 triliun. Saat ini, proses masih dalam pengadaan lahan untuk mendirikan bandara baru.
Inovasi sebagai Kunci Kesuksesan
Kesuksesan Gudang Garam menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, bahkan masuk dalam jajaran dunia, tak terlepas dari inovasi yang terus dilakukan. Tanpa inovasi mengikuti perubahan atau perkembangan zaman, sebuah bisnis niscaya perlahan akan mati. Kecuali bisnis yang mau berbenah maupun beradaptasi, akan dapat bersaing dengan yang lain. Jadi kalau Anda ingin merintis usaha kecil-kecilan, jangan berhenti berinovasi.
Kekurangan modal masih bisa dicari dengan berbagai cara, seperti mengajukan Kredit Tanpa Agunan (KTA) maupun Kredit Multiguna (KMG). Namun ide inovasi lahir dari kreativitas, berpikir out of the box, dan kemampuan seseorang membaca peluang.
Baca Juga: Bangga! Ini 6 Perusahaan RI yang Masuk Daftar Perusahaan Terbaik Dunia 2018 Versi Forbes