REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Kebanyakan orang beranggapan kopi tanpa kafein (kopi decaf) benar-benar 100 persen bebas kafein. Namun, pada kenyataannya, peraturan USDA mengharuskan kopi tanpa kafein menjadi hanya 97 persen bebas kafein.
Tiga persen dosis kafein mungkin tampak relatif kecil. Namun, jumlahnya mungkin membuat seseorang tetap terjaga sampai larut pagi.
Proses dekafeinasi memang menghilangkan kafein dari biji kopi. Tetapi ternyata hanya sebagian besar saja.
Beberapa kopi tanpa kafein memiliki lebih banyak kafein daripada yang lain. Menurut kepala pemasaran Joyride Coffee Paul Toscano, secara umum, biji kopi robusta akan memiliki lebih banyak kafein setelah proses dekafeinasi daripada biji kopi arabika.
Prosesnya sendiri juga dapat menentukan berapa banyak kafein dalam campuran kopi decaf. Semakin lama menyeduh (brewing), maka kopi akan semakin berkafein.
Peminum kopi decaf harus memilih campuran yang diseduh dengan cepat. Toscano merekomendasikan memilih kopi yang diolah menggunakan metode Swiss Water. Metode ini dapat menghilangkan 99 persen kafein dari biji kopi.
“Kamu benar-benar bisa merasakan perbedaannya. Ini lebih mahal, tapi lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia,” ujar Toscano, seperti yang dilansir dari Fox News, Selasa (18/6).
Direktur Roasting Jonathan Withers lebih jauh menjelaskan perbedaan antara cangkir berkafein dan tanpa kafein. Dalam secangkir kopi spesial seukuran 12 ons, biasanya ada antara 150 dan 300 mg kafein.
“Dalam secangkir kopi tanpa kafein 12 ons, biasanya ada antara lima dan 15 mg kafein,” kata Withers.
Faktor terbesar yang menentukan pilihan kopi tanpa kafein adalah toleransi keseluruhan peminum terhadap kafein. Jika Anda terlalu banyak minum kopi, mungkin tidak perlu khawatir mendapatkan energi dari kopi decaf. Mereka yang biasanya tidak minum kopi mungkin terjaga berjam-jam.