REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta membuat terobosan untuk meminimalisasi angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB). Sampai saat ini kasus AKI dan AKB di wilayah ini dinilai masih cukup tinggi. Karena itu, pemerintah daerah berupaya menurunkan kasus tersebut salah satunya dengan menggulirkan program Jabang Tutuka.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta Deni Darmawan mengatakan program Jabang Tutuka ini merupakan layanan atau call center khusus untuk menangani persalinan yang bermasalah. Ada sembilan operator yang siaga dalam mengatasi masalah persalinan.
Akan tetapi, nomor layanan call center tersebut tidak disebarkan secara umum. Ini karena nomor tersebut hanya terkoneksi dengan bidan dan dokter kandungan di setiap puskesmas.
"Jadi, nomor call center itu yang punya hanya bidan dan dokter. Ketika bidan dan dokter kandungan itu ada masalah dengan proses kelahiran, maka akan menghubungi operator Jabang Tutuka tersebut," ujar Deni kepada Republika, Ahad (16/6).
Misalnya, di salah satu desa ada bidan yang menangani persalinan seorang ibu. Akan tetapi, karena ada masalah medis ibu tersebut harus segera dirujuk ke RSUD ataupun rumah sakit terdekat. Maka, bidan tersebut akan menghubungi call center Jabang Tutuka.
Kemudian, operator akan mencarikan kamar yang kosong di 10 rumah sakit yang telah bekerja sama dengan pemkab. Setelah menemukan kamar, maka pasien bisa segera dirujuk dalam waktu yang cukup cepat.
Selama ini, lanjut Deni, permasalahan lambatnya penangan pasien di RS salah satunya disebabkan ruangan yang penuh. Dengan begitu, banyak pasien yang hanya ditangani di UGD atau ditolak dirujuk dengan alasan kamar penuh.
Tetapi dengan adanya call center Jabang Tutuka ini, lalu lintas pasien dari tempat praktik bidan atau puskesmas menuju RS rujukan bisa terdistribusikan dengan cepat. Adapun 10 rumah sakit yang telah kerja sama dengan pemkab ini di antaranya RSUD Bayu Asih, RS Ramahadi, RS Siloam, RS MH Thamrin, dan RS Bakti Husada.
Sepanjang 2018 angka kematian ibu di Purwakarta mencapai 32 kasus. Sedangkan angka kematian bayi yang baru lahir (neo) mencapai 47 kasus dan kematian bayi 10 kasus.
Sampai awal Juni 2019 tercatat ada delapan kasus kematian ibu, 18 kasus kematian bayi yang baru lahir, dan delapan kasus kematian bayi. Dengan adanya call center Jabang Tutuka ini, diharapkan AKB dan AKI bisa diminimalisasi. "Mayoritas penyebab kematian ibu dan bayi ini akibat infeksi saat proses melahirkan," ujar Deni.
Salah seorang operator Jabang Tutuka, Asri atau akrab disapa Aci, mengatakan dalam sebulan rata-rata ada 20 kasus persalinan yang bermasalah. Mayoritas disebabkan oleh pendarahan. Tetapi, dengan adanya call center ini penanganan pasien bisa disegerakan.
"Kami akan mencari RS terdekat yang punya kamar kosong dan ruang tindakan kosong supaya pasien tersebut bisa segera tertangani," ujarnya.