REPUBLIKA.CO.ID, UBUD -- PT Mowilex Indonesia sebagai salah satu produsen cat kayu, memberikan apresiasi kepada para seniman ukir Bali. Apresiasi tersebut diwujudkan dalam bentuk buku bertajuk "Balinese Woodcarving a Haritage to Treasure, Menelusuri Warisan Seni Ukir Kayu Bali".
Presiden Direktur PT Mowilex Indonesia Niko Safavi mengatakan, Mowilex telah menjalin kerja sama yang baik dengan para seniman ukir Bali selama hampir 50 tahun. Para seniman telah mempercayakan perlindungan karya-karya mereka kepada Mowilex.
Untuk itu, sebagai wujud apresiasi Mowilex mempersembahkan sebuah buku yang menggambarkan kisah dibalik ukiran para seniman. Niko mengatakan, timnya bersama fotografer dan penerbit asal Italia menelusuri studio-studio para seniman ukir di Bali.
"Kami ingin memastikan seniman dan karya-karyanya terus berkelanjutan. Ini sebuah dedikasi apresiasi untuk seniman ukir Bali. Ini bagian dari tanggung jawab perusahaan yang berkelanjutan," kata Niko ditemui saat peluncuran buku "Balinese Woodcarving a Haritage to Treasure, Menelusuri Warisan Seni Ukir Kayu Bali", di Arma Museum, Ubud, Bali, Jumat (14/6).
Ada lima seniman legendaris yang diangkat karya-karyanya dalam buku ini. Mereka antara lain I Made Ada, I Wayan Mudana, I Wayan Muka, I Nyoman Edi Suardana dan I Wayan Suwija. Kelimanya merupakan maestro seni ukir kayu di Bali.
Peluncuran buku "Balinese Woodcarving a Haritage to Treasure" di Arma Museum, Ubud, Bali.
Pendiri Agung Rai Museum of Art (Arma) Museum, Anak Agung Gde Rai menyambut baik peluncuran buku ini. Menurutnya ini merupakan gagasan luar biasa dalam melestarikan seni budaya seniman patung di Indonesia khususnya Bali. Sebab kesenian telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Bali.
Anak Agung Gde Rai berharap akan semakin banyak dukungan terhadap budaya Indonesia, khususnya seniman di Bali. "Ini juga mendorong generasi muda meneruskan kesenian dan budaya ini (seni ukir)," ujarnya.
Buku "Balinese Woodcarving a Haritage to Treasure, Menelusuri Warisan Seni Ukir Kayu Bali" tidak dijual secara umum. Dicetak sebanyak 1.000 eksemplar, buku setebal 133 halaman tersebut dibagikan gratis ke sejumlah perpustakaan hingga hotel di dalam dan luar Bali.