REPUBLIKA.CO.ID, BINJAI -- Sepintas, tak ada yang menarik dari rumah makan yang berada di Pasar Rodi, Pekan Selesai, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara ini. Bangunannya hanya semi permanen dengan separuh bata di bagian bawah tanpa plester. Di bagian atasnya hanya menggunakan potongan bambu yang disusun vertikal dengan jarak antarbambu sekitar 5 cm.
Atapnya terbuat dari seng yang sudah berkarat dimakan waktu. Sementara langit-langit bagian dalam hanya menggunakan anyaman bambu.
Warung nasi khas Melayu "Gonjor" namanya. Itu yang ditulis sang pemilik, Syahlela Wati (44) di plang besi bercat hijau di pinggir jalan depan warung ini.

Di dalam bangunan sederhana warung ini terdapat tiga meja kayu panjang dan tiga yang sedang. Meja panjang bisa memuat delapan orang, sementara meja sedang bisa menampung empat sampai enam orang. Meja tersebut hanya dilapisi alas plastik biasa. Sebagian bahkan hanya dilapisi bahan bekas banner iklan produk minuman.
Namun, orang datang ke sini bukan untuk bersantai atau menikmati keindahan desain warung. Para pelanggan datang untuk mencicipi masakan khas tempat ini: gulai asam Ikan Baung. Ikan Baung merupakan sejenis ikan yang masuk dalam kerabat lele. Biasanya hidup di sungai tertentu. Di Jawa, orang mengenalnya dengan sebutan Ikan Bawon, Singgal, Beong, Tageh, atau Baceman.
Di warung makan Gonjor, ikan baung digulai asam dengan rasa yang segar. Gulai asam Ikan Banung akan ditemani rebusan singkong dan daun pepaya serta sambal hijau dan terasi. Rasanya nikmat luar biasa.
Ini bukan satu-satunya menu andalan. Masih ada kepala ikan dan Ikan Cencen (Wader) yang digoreng kering. Belum cukup, ada ayam kampung gulai dan goreng. Jika semuanya belum memuaskan Anda, udang galah goreng barangkali bisa jadi pilihan.

Syahlela Wati (kanan), pemilik Warung Gonjor
Warung nasi khas Melayu ini sudah berdiri 15 tahun. Semua berawal dari hobi ayah Syahlela. "Bapak suka memancing di Sungai Wampu. Ikan yang dibawa pulang kami gulai masam. Karena terkadang banyak, kami pun berinisiatif untuk mengolah jadi masakan dan menjualnya biar tidak terbuang," kata Syahlela saat berbincang dengan Republika.co.id beberapa waktu lalu.
Awalnya, ia hanya memasak 2 kg ikan dan 2 ekor ayam kampung untuk warung makan kecilnya. Dalam sehari, omset hanya berkisar Rp 400 ribu sampai Rp 600 ribu.
Itu dulu. Sekarang, ia bisa menghabiskan 15 kg ikan dan 5 kg ayam kampung per hari untuk menu warung makannya. Untuk mengolah masakan, ia dibantu tiga orang di dapur.
Harga masakan di warung ini sangat terjangkau. Satu mangkuk gulai baung dijual mulai Rp 18 ribu. Harganya akan naik tergantung besaran ikan. Begitu juga menu lainnya harganya tak jauh berbeda.
"Kalau hari Ahad atau pas ramai, omset sekarang bisa Rp 5 juta sampai Rp 6 juta per hari," kata Syahlela diiringi senyum.

Pelanggan Warung Gonjor
Pelanggan warung makan Gonjor berasal dari luar daerah. Menurut Syahlela, warga sekitar warungnya malah tak banyak yang datang ke tempatnya. Biasanya yang makan merupakan pelanggan. Sebagian sudah mengontak terlebih dahulu ke ponselnya untuk menanyakan ketersediaan ikan jika datang agak siang. Maklum, jika apes, orang yang datang bisa tak kebagian lauk karena sudah diborong pelanggan lain jika langsung ke sana tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
"Tadi sudah telepon dulu baru kemari. Kalau tidak takut habis," kata Juan dan Bobby, warga Binjai yang datang ke warung Gonjor untuk menraktir keluarganya dari Jakarta saat lebaran.

Pelanggan Warung Gonjor
Para pejabat di Kabupaten Langkat dan Kotamadya Binjai rata-rata sering datang ke warung ini. "Pemain sinetron Tukang Bubur Naik Haji juga pernah kemari," kata Syahlela.
Sangat mudah menemukan warung ini. Cukup ketik Warung Nasi Khas Melayu "Gonjor" di Google. Maps akan mengarahkan Anda ke sana. Dari perbatasan Kota Medan dengan Deli Serdang tanpa macet, butuh waktu sekitar 50 menit menuju warung ini. Sementara dari pusat Kota Binjai, dibutuhkan waktu sekitar 25 menit mencapainya.
Warung ini mendapatkan rating 4,5 dari Google review. Sebanyak 54 komentar hampir seluruhnya positif. Bila berkunjung ke Medan dalam waktu yang cukup lama, warung ini bisa jadi pilihan untuk wisata kuliner Anda yang menyukai masakan kampung.