REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta akan menjadikan Malioboro sebagai arena pertunjukan seni. Rencana itu nantinya akan dilakukan saat Malioboro telah resmi menjadi kawasan semipedestrian.
"Kita tahu orkestra di Jakarta itu kan 90 persen dari Yogyakarta. Kita ingin tunjukkan di Malioboro sebagai panggung yang panjang di situ," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahardjo saat ditemui di kantornya, Yogyakarta, Rabu (12/6).
Selain tetap menjadi pusat wisata belanja di Kota Gudeg, trotoar di sepanjang Jalan Malioboro mampu menjadi wahana bagi para seniman Yogyakarta untuk menunjukkan talenta mereka di hadapan para wisatawan. "Akan kami anjurkan penampilan seniman Yogya dengan talenta luar biasa yang selama ini belum punya panggung," kata dia.
Kendati tanpa penyediaan panggung secara khusus, para seniman yang akan tampil di Malioboro tidak bisa sembarangan. Mereka akan dikurasi terlebih dahulu oleh tim yang melibatkan para praktisi seni di Yogyakarta.
"Bisa juga kita mewadahi adik-adik Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), Institut Seni Indonesia (ISI), dan saya punya ide itu bisa dijadikan tempat ujian mereka. Mereka tidak ujian di kampus tapi di Malioboro," imbuh Singgih.
Singgih meyakini rencana pembebasan Malioboro dari kendaraan bermotor sebagai konsekuensi konsep semipedestrian tidak akan menurunkan minat wisatawan berkunjung ke kawasan itu. Didukung dengan penampilan para seniman, konsep Malioboro khusus bagi pejalan kaki, andong, becak, dan Transjogja justru akan semakin meningkatkan daya tarik wisata.
Menjadikan Malioboro sebagai kawasan semipedestrian juga diyakini akan menambah lama tinggal (length of stay/LOS) wisatawan domestik maupun mancanegara di Yogyakarta. "Kalau ada sebagian mempunyai prediksi nanti pedagang kaki lima sepi, nanti enggak ada yang datang ke toko-toko, tidak. Saya kira magnet Malioboro sangat luar biasa," katanya.