REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelolaan Sumber Daya Manusia di tengah era disrupsi yang penuh dengan proses transformasi digital menjadi suatu tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh industri asuransi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bain & Company pada tahun 2018 terhadap 174 ribu nasabah asuransi di 18 negara, termasuk di antaranya kepada 3.000 nasabah di Indonesia, ditemukan adanya ketidaksiapan industri asuransi di Indonesia dalam menghadapi milenial dengan gaya hidup digital aktif.
Padahal sekitar 19 persen dari populasi penduduk Indonesia adalah milenial berumur 25–35 tahun. Mereka mengharapkan segala sesuatu yang serba instan, menyukai segala sesuatu yang bersifat layanan pribadi yang bisa diperoleh melalui ponsel pintar dan perangkat digitalnya.
Lebih dari 60 persen nasabah asuransi yang berasal dari generasi milenial menggunakan ponselnya untuk berinteraksi dan mencari layanan dan produk asuransi yang mereka pilih. Mereka menginginkan informasi yang jelas & transparan serta proses yang mudah.
Sementara itu, sebagian besar perusahaan asuransi kondisinya umumnya bisa diibaratkan seperti “dinosaurus”, yang merupakan perusahaan besar yang telah sangat lama beroperasi sehingga mereka bergerak dengan perlahan dan sulit bergerak dengan cepat. Perusahaan asuransi dituntut untuk segera mengikuti perkembangan di era disrupsi dan melakukan transformasi digital sesuai dengan kebutuhan nasabah millennial jika tidak ingin ditinggalkan oleh mereka.
Allianz Indonesia menyadari teknologi digital memiliki peran yang tidak terpisahkan dari millennial dan telah menyiapkan langkah strategis yang diperlukan, yaitu dengan menjadi salah satu perusahaan asuransi perintis yang melakukan disrupsi dan transformasi digital dalam menghasilkan beragam produk sesuai kebutuhan nasabah saat ini dengan cepat.
Untuk mengantisipasinya, perusahaan menyesuaikan fokus rekrutmen tenaga pemasar ke generasi milenial yang ingin membangun kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) dalam bidang jasa keuangan asuransi dan mengembangkan model bisnis yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya.
Strategi lain yang dilakukan oleh perusahaan dalam menyiapkan organisasi maupun sumber daya manusia dalam merespon perubahan ini adalah dengan cara menerapkan prinsip kerja Agile. Allianz Indonesia percaya bahwa Agility akan menjadi salah satu atribut kompetitif yang harus dimiliki. Bekerja dengan prinsip Agile ini diyakini dapat menciptakan solusi proteksi dengan cepat dan sesuai kebutuhan.
“Menerapkan Agile memungkinkan kami untuk merancang customer experience yang menyeluruh, mengujinya dengan nasabah kami, kemudian beradaptasi dan mengubahnya dengan cepat jika dalam perjalanannya kami membutuhkan perbaikan, sehingga kami dapat terus berkembang dan fokus dalam menciptakan pengalaman terbaik. Agile itu sendiri harus ditunjukkan secara simultan dan memberikan perbaikan yang komprehensif tidak hanya pada proses dan sistem yang kami jalankan, tetapi juga pada SDM kami,” kata Joos Louwerier, Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia dalam rilisnya, Selasa (11/6).
Di sisi lain, pada tahun 2030 diprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi ketujuh terbesar dunia dan membutuhkan 113 juta tenaga ahli yang harus siap bersaing di dunia global. Namun demikian berdasarkan data World Bank tahun 2018, Indonesia baru menempati peringkat 87 Human Capital Index dari 157 negara dengan nilai 0.53.
Semakin tinggi nilai suatu negara mendekati angka 1, maka produktivitas dan kinerjanya akan semakin tinggi. Ini artinya daya saing Human Capital Indonesia masih berada di urutan 87 dari 157 negara sehingga diperlukan kerja keras dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi SDMnya.
Terkait kondisi ini, Allianz Indonesia berkomitmen terhadap pengembangan karyawan sebagai human capital atau SDM yang menjadi kunci sukses perusahaan. Berbagai inovasi dan inisiatif telah dilakukan dalam meningkatkan kualitas karyawan seperti memastikan pengembangan kompetensi dan kemajuan karier seluruh karyawan, sehingga pada akhirnya dapat memberikan layanan terbaik bagi para nasabah.
Salah satu inovasi yang dilakukan Allianz Indonesia dalam pengembangan human capital adalah dengan menginisiasi Allianz Innovation Labyang merupakan sebuah lingkungan kerja yang dinamis. Di mana karyawan dari lintas departemen dapat bekerja dan berkolaborasi untuk menciptakan solusi dan inovasi baru bagi para mitra bisnis dan nasabah.
Dengan tatanan ruang kerja yang modern dan terbuka, Allianz Innovation Lab menyediakan ruang untuk karyawan berdiskusi, bereksperimen, dan berbagi ide secara bebas, sehingga hasil akhirnya dapat memberikan pengalaman terbaik bagi nasabah.
Selain itu, mulai akhir tahun 2018 lalu, demi membangun lingkungan kerja yang nyaman, secara internal Allianz Indonesia menjalankan kampanye visi dan budaya perusahaan #HappyLifeMadeeAZy. Yaitu menciptakan #HappyLife untuk karyawan dan nasabah melalui inisiatif dan inovasi yang mengarah ke produk, layanan serta proses yang mudah dan sederhana (#MadeeAZy).
Kampanye ini bertujuan untuk menjadikan Allianz Indonesia sebagai perusahaan pilihan yang menyediakan lingkungan kerja fleksibel dan dinamis, memiliki produk dan layanan inovatif yang sesuai dengan kebutuhan nasabah dan masyarakat saat ini, serta tetap relevan dengan tren industri saat ini dengan tujuan sosial yang kuat.
"Jika hal lain dengan mudah bisa ditiru, kami percaya budaya perusahaan tidak akan bisa ditiru, dan inilah yang membuat kami berbeda," kata dia.
Implementasi #HappyLifeMadeeAZy ini salah satunya adalah dengan menjalankan flexible, compressed, dan shift working hours. Penerapan jam kerja ini membolehkan para karyawan untuk mengatur jam kerja sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan memberikan karyawan lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama keluarga atau untuk urusan pribadi.
Allianz Indonesia juga memberikan pilihan kepada karyawan untuk mengenakan pakaian kasual setiap hari, menghilangkan kesan formal dan kaku yang sudah melekat di industri keuangan.
“Selain dresscode dan jam kerja, perusahaan juga melakukan peninjauan kinerja tahunan yang terstandardisasi untuk pengembangan jalur karier masing-masing karyawan. Hal tersebut kami jadikan dasar untuk mempertahankan talenta terbaik di industri. Kami juga memiliki skema remunerasi yang menarik dan kompetitif, semakin berprestasi, maka semakin tinggi remunerasinya. Serta menyediakan berbagai tunjangan seperti monthly dan quarterly engagement allowance yang tujuannya untuk menguatkan karyawan antar departemen dan lintas divisi, serta manfaat di luar bonus kinerja pertengahan dan akhir tahun,” ungkap Juanita Wibowo, Chief of Human Resources Allianz Life Indonesia.
Bukti keseriusan Allianz Indonesia dalam melakukan pengembangan karyawan terlihat dari diraihnya penghargaan 1st Best for Human Capital pada Indonesia Human Capital Award 2019 yang diselenggarakan oleh Majalah Economic Review baru-baru ini.
Citra Allianz sebagai perusahaan pilihan para generasi milenial dibuktikan dengan penghargaan yang baru saja diraih, yaitu Most Admired Companies Indonesia 2019 – Millennial Choice untuk kategori asuransi jiwa. Penghargaan ini berdasarkan survei yang dilakukan ke para pekerja milenial tentang perusahaan yang mereka kagumi dan ingin masuki.
“Penghargaan ini menjadi pendorong bagi kami untuk terus berkomitmen dalam menyiapkan SDM yang berkualitas dan berkompeten demi meningkatkan produktivitas dan daya saing,” tambah Joos.
Saat ini Allianz Indonesia mempekerjakan lebih dari 1.300 karyawan dan menyediakan beragam kegiatan di luar kantor seperti kegiatan olahraga, employee club, penitipan anak atau daycare saat periode libur Idul Fitri. Selain itu sebagai bentuk apresiasi Allianz Indonesia terhadap karyawan, perusahaan juga memberikan birthday allowance, serta birthday leave, sehingga para karyawan dapat merayakan ulang tahun bersama dengan teman-teman dan keluarga.