REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dokter ahli toksinologi Tri Maharani mengungkapkan cara yang tepat untuk menolong orang yang disengat ubur-ubur. Tri Maharani menyarankan agar penanganan yang dilakukan adalah sesuai dengan cara organisasi kesehatan dunia WHO.
Cara yang dimaksud adalah dengan mengoleskan cuka. Cuka itu dioleskan ke bagian tubuh yang disengat ubur-ubur.
"Menggunakan cuka 5 persen. Cuka masak itu kan 25 persen. Itu nanti ditambah 4 bagian air jadi 5 persen. Terus dituangkan 30 detik," kata Tri kepada Republika, Ahad (9/6).
Tri kemudian mengungkapkan alasan penanganan sengatan ubur-ubur dengan mengoleskan cuka. Satu-satunya ahli toksinologi di Indonesia itu menjelaskan, cuka itu bisa men-denaktifasi nematocyst. Nematocyst di tentakel itu lah yang berisi vinom yang sifatnya neurotoxin, cytotoxin, myotoxin, hingga cardiotoxin.
"Setelah itu, baru lah diambil tentakelnya kalau kelihatan. Kalau endak kelihatan kita lakukan perawatan luka biasa...pakai alkohol, pakai betadine misalnya," ujar Tri Maharani.
Waspadai sengatan ubur-ubur.
Tri Maharani mengatakan, banyak upaya yang salah dalam melakukan pengobatan bagi mereka yang tersengat ubur-ubur. Dimana ada yang menyarankan agar diberikan air panas, diminta minum antihistamin. Ada juga yang menggunakan urine, dan air tembakau.
"Padahal enggak. Yang benar ya pakai cara WHO tadi, Kalau sesak ya cukup kasih antinyeri dan oksigen. Kalau tidak diobati dengan cara WHO yang benar, mungkin saja kematiannya bukan karena sengatannya. Tapi karena oksigenasinya kurang bagus dan sebagainya," kata Tri Maharani.