Sabtu 08 Jun 2019 20:42 WIB

Libur Lebaran Berkah bagi Pedagang Mutiara di Lombok

Saat Lebaran pedagang mutiara di Lombok mengaku lebih banyak menjual dagangannya

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Christiyaningsih
Kurniadi, pedagang mutiara yang menjajakan produknya di rest area Malaka, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Jumat (7/6).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Kurniadi, pedagang mutiara yang menjajakan produknya di rest area Malaka, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Jumat (7/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenal sebagai salah satu sentra mutiara. Kualitas mutiara air laut Lombok dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Libur Lebaran seperti ini memberikan berkah bagi para pedagang mutiara. Karena itu jangan kaget jika melihat banyak pedagang mutiara menjajakan produknya di sejumlah tempat wisata hingga di depan hotel-hotel yang ada di Lombok.

Baca Juga

Kusnadi misalnya, mengaku selalu senang saat musim liburan tiba. Pria berusia 34 tahun itu jadi memiliki peluang lebih banyak menjual produk mutiara daripada hari-hari biasa.

Pria asal Mataram itu biasanya menjajakan mutiara di sejumlah hotel yang ada di Kota Mataram hingga kawasan Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat. Namun, saat musim liburan tiba, Kusniadi lebih memilih tempat-tempat yang biasa disinggahi wisatawan seperti rest area Malaka di Desa Malaka, Kecamatan Lombok Utara, yang berjarak sekira 25 kilometer atau 40 menit perjalanan dari Kota Mataram.

Rest area Malaka merupakan tempat singgah favorit bagi wisatawan yang hendak menuju Lombok Utara. Wisatawan bisa mengambil foto di depan ikon bertuliskan warna-warni Malaka dengan latar belakang tiga gili yakni Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno yang menawan.

"Kalau liburan, saya biasa di sini menunggu pengunjung yang selfie-selfie (swafoto). Kalau selfie dari sini, kelihatan gili-gili, itu yang bikin menarik," ujar Kusniadi kepada Republika di rest area Malaka, Lombok Utara, NTB, Jumat (7/6).

Saat pengunjung asyik berswafoto, Kurniadi dengan sopan menawarkan mutiara dengan rentang harga mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 200 ribu. Kurniadi mengatakan mutiara yang murah biasanya terbuat dari air tawar. Sedangkan mutiara yang menggunakan air laut memiliki harga yang relatif lebih tinggi sesuai kualitasnya.

 

Ia bercerita saat sebelum diguncang gempa, banyak wisatawan yang singgah di rest area Malaka bahkan hingga 20 bus hingga 25 bus setiap harinya. Kondisi itu berbanding terbalik dengan saat ini yang hanya disinggahi sekitar satu-dua bus per hari.

Meski begitu, kata Kurniadi, pelan-pelan wisatawan yang datang mulai cukup banyak, terlebih saat libur Lebaran seperti saat ini. "Kemarin pas bulan puasa sepi, tapi sekarang alhamdulillah sudah mulai ramai lagi," kata Kurniadi.

Apa yang dikatakan Kurniadi ada benarnya. Pandangan Republika, terdapat dua kendaraan pribadi yang singgah di rest area Malaka pada pagi ini. Pengendara mobil yang datang bersama keluarga tengah asyik mengabadikan momen dengan mengambil foto. "Kalau pagi memang agak sepi, tapi kalau sore selalu ramai karena mencari sunset untuk foto," ungkap Kurniadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement