Sabtu 20 Jul 2019 06:58 WIB

Mau Punya Karier Oke? Coba Deh Belajar dari Sepak Terjang Mahfud MD

Mahfud MD menjadi contoh bagus dalam sepak terjang politik nasional.

Rep: cermati/ Red:
Mau Punya Karier Oke? Coba Deh Belajar dari Sepak Terjang Mahfud MD
Mau Punya Karier Oke? Coba Deh Belajar dari Sepak Terjang Mahfud MD

Nama Mahfud MD sempat menjadi perhatian publik saat digembar gemborkan akan mendampingi Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilu 2019. Meski batal digandeng, sepak terjang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu tak bisa diremehkan.

Berbagai jabatan di pemerintahan pernah ia duduki. Memiliki karier cemerlang, ternyata masa kecil pemilik nama lengkap Mohammad Mahfud MD ini banyak dihabiskan di Madura. Ia pun pernah mengenyam pendidikan di dua universitas sekaligus di Yogyakarta.

Kira-kira seperti apa ya kisah hidup Pria berusia 62 tahun ini? Simak yuk kilas balik seorang Mahfud MD hingga menjadi politisi sukses seperti sekarang. Berikut rangkumannya seperti dikutip dari berbagai sumber.

Baca Juga: Kisah Para Tokoh-Tokoh Bangsa Modern yang Rela Melepas Gaji Tinggi Demi Membangun Bangsa

 

Akrab dengan Dunia Pendidikan 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Mahfud MD (@mohmahfudmd) on

Berkibar sebagai politisi, akademisi, mantan hakim Mahfud MD lebih dikenal sebagai seorang Ahli Tata Negara. Menghabiskan masa kecil di Madura, rupanya Pria kelahiran 13 Mei 1957 itu sangat akrab dengan pendidikan. Saat masih kanak-kanak, Mahfud belajar di sekolah Madrasah dan sekolah umum pada pagi hari. Sore harinya, mengikuti pendidikan agama. Gaya menimba ilmu ini terus ia terapkan sampai dewasa.

Kalau di breakdown latar belakang pendidikannya, Mahfud pernah bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah dan SD Negeri Waru, Pamekasan Madura. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di daerah yang sama. Lulus dari sana, putra pasangan Suti Khadidjah dan Mahmodin itu lantas pindah ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.

Di kota pelajar itu, Mahfud menempuh kegiatan belajar di Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Setelah tamat, ia meneruskan kuliah di 2 universitas sekaligus di Yogyakarta, yakni di Universitas Islam Indonesia (UII) jurusan Hukum Tata Negara dan jurusan Sastra Arab di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dalam perjalanannya, Suami dari Zaizatoen Nihajati lebih memilih mendalami ilmu hukum tata negara, sehingga akhirnya melepas jurusan sastra Arab. Usai lulus, Mahfud ini berkarier menjadi dosen di UII. Tidak puas menyandang gelar Sarjana, ia kemudian melanjutkan studi magister di UGM jurusan Ilmu Politik. Diteruskan lagi dengan meraih gelar Doktor Ilmu Hukum Tata Negara di universitas yang sama.

Mahfud kemudian menyabet gelar Guru Besar atau Profesor di bidang Politik Hukum dari UII dalam usia relatif muda, yakni 41 tahun. Menjadi guru besar termuda di eranya. Selain dekat dengan dunia akademik, Mahfud semasa kuliah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dan lembaga pers mahasiswa.

Memulai Karier di Pemerintahan Pada Era Gus Dur

 
 
 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Mahfud MD (@mohmahfudmd) on

Mahfud MD memulai karier di lingkungan pemerintahan sebagai Plt Staf Ahli Menteri Negara Urusan HAM tahun 1999-2000. Setelah diangkat menjadi Deputi pada tahun 2000, karier Ayah dari 3 orang anak ini terus naik. Ia ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan di era pemerintahan Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur tahun 2000-2001.

Pada tahun 2001, Mahfud menduduki kursi Menteri Kehakiman dan HAM. Namun berakhirnya masa pemerintahan Gus Dur, berakhir pula jabatannya di jajaran birokrasi eksekutif. Mahfud kemudian terjun ke dunia politik dan bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) setelah sebelumnya pernah di kubu Partai Amanat Nasional (PAN).

Lewat PKB, Pria berkacamata tersebut berhasil melenggang ke DPR melalui proses pemilu tahun 2004. Selama 5 tahun, Mahfud menjadi anggota legislatif periode 2004-2008. Tidak berkarier di lembaga eksekutif dan legislatif, ia menjajal masuk ke lembaga yudikatif saat jabatannya di DPR berakhir pada 2008. Ia terpilih menjadi Hakim Konstitusi, dan dilanjutkan dengan jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2008-2013.

Baca Juga: Pernah Drop Out, 5 Orang Ini Justru Menjadi CEO Hebat

Digadang-gadang Jadi Cawapres Jokowi di Pemilu 2019

 
 
 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Mahfud MD (@mohmahfudmd) on

Mahfud pernah menjadi bagian tim pendukung Capres Prabowo Subianto pada pemilu 2014. Selang 5 tahun berlalu, mantan Rektor Universitas Islam Kadiri ini disebut-sebut akan mendampingi Capres Jokowi di pemilu 2019 melawan Prabowo-Sandiaga Uno. Isu tu mencuat karena Mahfud sudah disuruh bersiap-siap untuk pengumuman Cawapres.

Namun sayang, keputusan politik akhirnya memilih nama Ma’ruf Amin sebagai pendamping Jokowi di Pilpres 2019. Sontak saja hal ini mengejutkan banyak pihak, termasuk Mahfud sendiri. Meski begitu, Mahfud memaklumi adanya perubahan mendadak dalam dunia politik.

Selama masa kepemimpinan Jokowi-Yusuf Kalla, Mahfud MD sempat ditawari jabatan Komisaris Utama BUMN, Menkopolhukam, sampai Jaksa Agung. Akan tetapi, ia lebih memilih bergabung menjadi Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Jadi Miliader dari Gaji

 
 
 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Mahfud MD (@mohmahfudmd) on

Nama Mahfud MD sudah cukup dikenal masyarakat luas. Memiliki karier yang cemerlang membuat harta kekayaan Ayah dari Mohammad Ikhwan Zein, Vina Amalia, dan Royhan Akbar ini mencapai miliaran rupiah.

Mahfud mengaku jika harta kekayaan tersebut hanya bersumber dari penghasilan yang diperoleh. Tidak memiliki usaha sampingan, semua murni dari gaji. Pada tahun 2014, total harta kekayaan Mahfud mencapai angka Rp6 miliar. Itu berasal dari gajinya dulu sebagai Hakim Konstitusi, Ketua MK, Anggota DPR, dan lainnya.

Harta kekayaan tersebut tentu saja dapat bertambah saat ini mengingat gaji di BPIP saja disebut-sebut mencapai sekitar Rp100 juta per bulan.

Sukses dari Kegagalan

Mahfud MD mengaku pernah gagal dalam banyak hal, termasuk saat ingin melamar kerja di Pengadilan Agama. Menurutnya ijazah, IPK bagus tidak menjamin kesuksesan seseorang. Tapi lebih kepada EQ (kecerdasan emosional). Menurutnya, kegagalan bisa jadi kesuksesan yang tertunda. Jangan hanya jadi sarjana, tapi jadilah cendekiawan. Bukan cuma punya kemampuan otak, tapi kemuliaan watak.

Itu artinya, meski kamu berasal dari keluarga kurang mampu, anak daerah, tapi kamu juga bisa sukses dengan berbekal semangat pantang menyerah menggapai mimpi. Keinginan kuat tersebut harus didukung dengan kerja keras, tingkah laku yang baik dalam meraih cita-cita.

Baca Juga: Mengenal Sosok BJ Habibie, Penemu Faktor Habibie yang Dipakai Penerbangan Seluruh Dunia

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement