REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Godzilla II: King of the Monsters merupakan sekuel lanjutan dari film Godzilla yang rilis 2014. Film ini mencoba menunjukkan sisi lain dari keberadaan para monster yang sering kali diperlihatkan sebagai pengacau di bumi.
Dalam film arahan Michael Dougherty, para monster atau di film disebut Titan, mencoba menunjukan justru manusia yang membuat kondisi bumi menuju ambang kehancuran. Tampilan gambar dan dialog-dialog yang dilontarkan menguatkan keberadaan Titan tidak selalu beralasan buruk.
"Godzilla selalu memiliki tujuan mistis. Film-film Godzilla begitu besar, menyenangkan, namun di bawah semua kekacauan raksasa dan kehancuran apokaliptik, film-film ini adalah alegori. Itulah bagaimana Jepang awalnya menciptakan dan menggambarkan karakter, dan saya pikir itu salah satu alasan mengapa Godzilla bertahan selama ini," kata Dougherty melalui pernyataan resmi yang diterima Republika.
Kisah tentang Godzilla pertama kali dimulai pada 1954, kemudian terus berkembang dan membentuk dunia Titan tersendiri. Meski Dougherty mencoba menyampaikan metafora, dalam film kerja sama antara Warner Bros Pictures, Legendary Pictures, dan Toho ini pesan keseluruhan akan sulit tertangkap.
Pertarungan demi pertarungan mendominasi. Durasi 131 menit seakan menunjukan hanya pergulatan bagaimana Godzilla bisa terus bertarung lagi dan lagi. Meski dengan pertarungan tanpa henti, Dougherty dan Zach Shields sebagai penulis naskah bisa memberi nuansa yang sedikit berbeda. Mereka menyelipkan pergulatan kehidupan keluarga Russell yang masih menyimpan kesan dari pertarungan Godzilla dengan MUTO di San Francisco lima tahun lalu.
Di samping itu, hal yang menarik adalah ketika film ini mencoba memasukkan petunjuk-petunjuk dengan proyek selanjutnya. Sudah bukan rahasia lagi, Legendary Pictures sedang mempersiapkan Godzilla vs Kong yang rencana tayang pada 2020. Sebagai pertimbangan untuk menonton, situs penilaian film Rottentomatoes hanya memberi 56 persen dari 39 ulasan kritikus yang sudah masuk.
Ikuti Whatsapp Channel Republika