Jumat 31 May 2019 11:00 WIB

Nasi Grombyang Pemalang, Soto atau Rawon?

Nasi Grombyang mirip semangkuk soto namun dimasak dengan kluwak.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Nasi Grombyang Haji Warso khas Pemalang, Jawa Tengah.
Foto: Republika/Farah Noersativa
Nasi Grombyang Haji Warso khas Pemalang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, PEMALANG -- Pengunjung datang silih berganti ke rumah makan Nasi Grombyang Pak Haji Warso di jalan Martadinata, Pelutan, Kabupaten Pemalang. Meskipun saat itu belum waktunya berbuka, namun para penikmat kuliner mulai memadati rumah makan yang memiliki luas sekitar 10x10 meter itu.

Satu-satunya hidangan yang disajikan di rumah makan itu adalah Nasi Grombyang. Nasi itu terdiri atas potongan daging sapi yang dikuahi mirip rawon, namun lebih memiliki warna kekuningan.

Sepintas, Nasi Grombyang mirip dengan semangkuk soto khas Semarang atau soto khas Kudus. Sebab, cara penyajian Nasi Grombyang adalah dihidangkan dalam sebuah mangkuk kecil berdiameter sekitar 15 centimeter.

Sementara, kuah hitamnya yang mirip rawon itu dibiarkan penuh hingga tumpah-tumpah. Tumpukan potongan daging juga mengumpul di tengah, dan dihiasi daun bawang yang dipotong-potong, serta ditaburi bawang goreng, yang tentu menambah rasa gurih pada Nasi Grombyang.

Nasi Grombyang terasa nikmat ketika rasa manis dari kuah itu disruput oleh mulut. Potongan daging sapinya pun bervariasi mulai dari daging utuh sampai daging kenyal gajih.

Hanya saja, potongan-potongan daging itu terasa sangat kenyal dan lembut. Sehingga memanjakan lidah para penikmatnya, lantaran tak sulit untuk mengunyahnya.

Oleh karena makanan ini menggunakan mangkuk kecil khas soto, dan tampilannya pun mirip soto, maka tak heran banyak orang mengira makanan ini sejenis soto. Yang membedakan Nasi Grombyang dengan soto yang lain adalah menu ini tak menggunakan tauge dan juga bihun sebagai pelengkap, seperti soto-soto yang lain.

Sementara, makan makanan jenis soto ini, tak lengkap bila tak diiringi dengan lauk pauk yang lain. Adapun pendamping Nasi Grombyang sendiri terdiri atas kerupuk emping, kerupuk udang, dan juga aneka satai daging sapi.

Imam Hidayat, anak Haji Warso yang meneruskan usaha ayahnya itu mengatakan setidaknya ada beberapa menu satai yang disediakan untuk mengiringi makan Nasi Grombyang.

photo
Aneka satai sapi di Nasi Grombyang Warso Pemalang.

"Aneka satainya terdiri atas satai daging sapi, satai jantung sapi, satai tulang muda sapi, satai iso sapi, satai babat kikil," ungkap Imam ditemui di rumah makan Haji Warso.

Dia menceritakan, nama Nasi Grombyang sendiri diambil dari isian makanannya yang terdiri atas sedikit nasi dan banyaknya kuah. Nama Nasi Grombyang juga diakuinya juga mempermudah masyarakat untuk mengingat makanan yang telah dirintis ayahnya sejak 1972 itu.

Imam menerangkan, bumbu yang dipakai memang hampir sama dengan bumbu rawon. Sebab, selain menggunakan tauco, Nasi Grombyang juga menggunakan kluwak untuk memberikan warna menghitam seperti rawon.

Lalu, daging sapi telah direbus selama dua jam lamanya, sebelum dimasak dengan menggunakan bumbu. Itu yang membuat daging sapi terasa sangat lembut dan kenyal di mulut.

Sementara, Haji Warso, kata dia, sengaja tak memberikan isian bihun atau tauge pada makanannya itu. Krupuk yang disajikan pun sengaja hanya dua macam.

"Karena, kata Bapak, nanti kalau ada, satai-satai daging yang lain nanti cuma 'menonton'," tutur Imam lantas tertawa.

Para pengunjung semakin banyak dan memadati rumah makan Haji Warso, mengingat waktu berbuka pun semakin dekat. Imam menuturkan, selama Ramadhan, rumah makannya semakin ramai.

Terlebih pada saat libur, dan libur Lebaran. Hal itu terbukti, pada hari biasa di luar Ramadhan, mereka bisa menghabiskan 50 kilogram daging sapi. Sementara, pada Ramadhan, mereka bisa menghabiskan hingga 100 kilogram daging sapi.

Bahkan pada Lebaran, biasanya bisa mencapai 200 kilogram. "Sebab dua hari Lebaran itu RPH (Rumah Pemotongan Hewan) sudah tutup. Jadi hari sebelumnya kita borong banyak itu," ungkapnya.

Satu porsi Nasi Grombyang dibanderol dengan harga Rp 15.000. Sementara satainya dihargai Rp 5.000 per tusuk. Imam mengatakan, rumah makannya itu mulai buka pukul 09.00, dan tutup pada pukul 23.00.

photo
Nasi Grombyang Haji Warso khas Pemalang, Jawa Tengah.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement