Kamis 30 May 2019 12:42 WIB

WHO Resmi Tetapkan Kecanduan Gim sebagai Gangguan Medis

WHO telah memperbarui manual diagnostik resminya dengan memasukkan gaming disorder

Rep: Desy Susilawati/ Red: Christiyaningsih
Warga bermain Game Online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (3/1/2019).
Foto: Antara/Rahmad
Warga bermain Game Online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (3/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bermain gim video secara berlebihan kini diakui sebagai gangguan kecanduan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dikutip dari CBS News, Rabu (29/5), WHO telah memperbarui manual diagnostik resminya dengan memasukkan gaming disorder.

Diagnosis baru itu bukan hanya mendefinisikan gaming disorder sebagai terlalu banyak bermain gim. Menurut definisi WHO, gim menjadi gangguan ketika mengganggu kehidupan sehari-hari.

Baca Juga

Kondisi itu terlihat ketika seseorang kehilangan kendali atas permainan dan memprioritaskan bermain di atas minat dan kegiatan sehari-hari lainnya. Orang dengan gaming disorder juga didefinisikan terus bermain meskipun ada efek negatif pada pekerjaan, sekolah, serta kehidupan keluarga atau hubungan sosial. Menurut pedoman WHO, seseorang perlu menunjukkan gejala selama 12 bulan untuk menerima diagnosis gaming disorder.

Video dan gim daring menghasilkan hampir 44 miliar dolar dalam penjualan tahun lalu. Angka itu melebihi dari bioskop atau layanan streaming. Sekitar 167 juta orang Amerika Serikat memainkan permainan elektronik pada tahun 2018, menurut data dari eMarketer. Sebagian besar dari mereka bermain secara daring.

Permainan daring semakin menggantikan platform media sosial yang lebih lama, memotong waktu yang dihabiskan orang di Facebook atau Snapchat. Industri gim video dengan keras menentang klasifikasi ini sejak WHO pertama kali mengusulkannya pada 2018.

Entertainment Software Association (ESA), yang mewakili pembuat video game di AS, mengatakan bahwa penunjukan gangguan gaming secara serampangan menyepelekan masalah kesehatan mental yang sebenarnya. "Organisasi Kesehatan Dunia tahu bahwa akal sehat dan penelitian objektif membuktikan bahwa permainan video tidak membuat ketagihan," kata ESA.

Kendati demikian banyak profesional kesehatan mental mengatakan bukan itu masalahnya. Salah satunya diungkapkan Richard Graham, seorang spesialis kecanduan teknologi di Rumah Sakit Nightingale di London.

Graham mengatakan kepada BBC tahun lalu bahwa dia melihat sekitar 50 kasus baru kecanduan digital setiap tahun. Untuk menentukan apakah seseorang memiliki kelainan, ia melihat apakah kehidupan digital mereka mengganggu pekerjaan, tidur, bersosialisasi, atau pendidikan.

Menurutnya gaming disorder bukan tentang jumlah jam bermain. Justru ketika gim lebih diutamakan daripada kesehatan, kebersihan, hubungan, keuangan, dan lainnya.

"Gim itu sendiri bukan gangguan," ujar John Jiao, seorang dokter medis darurat. Dia menyebut diagnosis baru itu sangat dibutuhkan. American Psychiatric Association memperkirakan antara 0,3 persen dan 1 persen dari populasi dunia menderita gaming disorder atau lebih dari 75 juta orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement