Kamis 30 May 2019 11:42 WIB

Doakan Kebahagiaan Orang Lain Bisa Kurangi Stres

Stres dapat disingkirkan jika kita mendoakan kebahagiaan untuk orang-orang sekitar

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Christiyaningsih
Momen Bahagia. Ilustrasi
Foto: Digitaltrends
Momen Bahagia. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati di hari yang penuh tekanan, ada cara unik yang bisa dicoba. Berdasarkan riset terbaru yang terbit di Journal of Happiness Studies, stres dapat disingkirkan jika kita mendoakan kebahagiaan untuk orang-orang sekitar.

Dilansir Today awal pekan ini, ketika orang diminta untuk menghabiskan hanya 12 menit dengan diam-diam berharap kegiatan orang lain berjalan dengan baik, mereka melaporkan kecemasan yang lebih rendah. Mengharapkan kebaikan untuk orang lain juga menciptakan kebahagiaan yang lebih besar, lebih banyak empati, dan perasaan yang lebih tinggi tentang kepedulian dan keterhubungan.

Baca Juga

Seorang profesor psikologi di Iowa State University, Douglas Gentile, mengatakan teknik ini membantu mengubah emosi orang. Emosi dapat membaik dengan menempatkan perasaan mereka di antara orang lain daripada terpisah dengan mereka.

Ia mengatakan seseorang ingin hidup dalam masyarakat dan hidup dalam kebaikan. Tetapi lupa dan menjadi sangat fokus pada diri sendiri.

“Ini membantu mengalihkan fokus untuk mengakui kita semua ingin bahagia dan menginginkan banyak hal yang sama. Anda hanya mengatakan ini secara diam-diam di kepala Anda. Pola pikir kita mengubah siapa kita dan mengubah situasi,” kata Gentile.

Gentile ingin tahu lebih banyak tentang teknik ini atau yang dikenal sebagai teknik cinta kebaikan setelah bertemu Chade–Meng Tan. Tan adalah seorang mantan insinyur Google yang menciptakan kursus kesadaran.

Tan mengatakan hal terbaik yang bisa dilakukan untuk segera memperbaiki suasana hatinya adalah mengamati orang-orang yang berjalan di sekitar. Sembari memperhatikan orang-orang sekitar, ia dan berkata pada dirinya ‘Saya berharap orang itu bahagia’.

Untuk menguji apakah cara itu berhasil, peneliti merekrut 496 siswa secara acak. Ratusan siswa itu ditugaskan mencoba teknik cinta-kebaikan selama 12 menit. Menurut peneliti durasi tersebut dirasa cukup lama untuk menghadirkan efek.

Selain itu, peserta lain mempraktikkan keterkaitan dengan durasi yang sama. Teknik ini  mengharuskan mereka memikirkan seberapa banyak terhubung denga orang yang mereka lewati. Misalnya, mereka mungkin mengalami tekanan yang sama, menikmati kelas yang sama, atau restoran yang sama.

Peserta yang mencoba perbandingan sosial ke bawah diminta memperhatikan orang yang lewat dan memikirkan cara hidup mereka mungkin lebih baik daripada kehidupan orang asing. Idenya adalah Anda bisa merasa lebih baik dengan diri sendiri karena seseorang selalu lebih buruk.

Mereka yang berada di kelompok pengawasan hanya berjalan berkeliling dan melihat orang-orang yang lewat. Setelah itu, semua siswa mengikuti tes mengukur tingkat kecemasan, kebahagiaan, kepuasan hidup, empati, keterhubungan, dan kepedulian mereka.

Pemenang yang jelas adalah teknik cinta-kebaikan. Dibandingkan dengan kelompok pengawasan, teknik tersebut meningkatkan suasana hati dan kebahagiaan sambil menurunkan kecemasan. Teknik keterkaitan hanya meningkatkan perasaan hubungan sosial, sementara teknik perbandingan sosial ke bawah tidak membuat orang merasa lebih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement