REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebaikan yang menang melawan kejahatan kerap dikemas dalam alur sebuah sinema. Film asal Korea Selatan The Gangster, The Cop, The Devil justru mempertanyakannya.
Sosok polisi tidak melulu diasosiasikan dengan kebajikan. Begitu pula bandit yang tak harus dipandang sebagai simbol kedurjanaan. Ada wilayah abu-abu di mana dua kubu itu bisa berpadu.
Film mengisahkan Detektif Jung Tae-suk (Kim Mu-yeol) yang bekerja sama dengan bos gangster Jang Dong-soo (Don Lee). Mereka berdua memburu sosok pembunuh berantai yang sudah menyebabkan banyak kematian.
Dengan baik dan mengalir, film terlebih dahulu mendekatkan penonton dengan dua karakter utama itu. Jung Tae-suk digambarkan sebagai pria jujur, naif, dan berusaha membuktikan diri.
Dia tak pernah mendapatkan respek yang cukup dari atasannya di kepolisian. Setiap kali merasa mampu menangani sebuah kasus serius, bosnya mementahkan begitu saja dan menyuruh dia mengurus hal sepele.
Jang Dong-soo adalah mafia bertangan dingin yang penuh wibawa. Dia tidak ragu menyingkirkan siapapun yang menghalangi bisnis ilegalnya. Kendati demikian dia sangat perhatian pada anak buahnya.
Kisah menjadi menarik ketika melihat kedua orang itu mencoba menyatukan tim masing-masing. Semula banyak friksi yang tidak terhindarkan tetapi akhirnya tim polisi dan tim gangster bisa bekerja sama.
Sentilan hadir dalam film mengenai birokrasi, hukum, serta aksi korupsi. Sinema besutan CBI Pictures ini juga menyiratkan supaya tidak menghakimi sesuatu dari tampilan luar saja.
The Gangster, The Cop, The Devil menjadi tontonan menarik bagi penyuka tayangan thriller. Selain dihujani adegan laga seru pemicu adrenalin, banyak dialog kocak mewarnai film sebagai penyeimbang ketegangan.
Hal terpenting, film ini tidak mendoktrin dan menggurui soal moral. "Aku memang penjahat, tapi pembunuh ini tidak pantas hidup," kata tokoh Jang Dong-soo di salah satu adegan.