REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan teknologi dan paparan gawai (gadget) kerap tidak dapat dihindari di era modernisasi seperti sekarang. Akan tetapi perkembangan teknologi juga memberikan dampak buruk. Salah satunya terlalu banyak melihat layar yang disebut dapat mengganggu kualitas tidur.
Sejumlah peneliti menemukan masalah tidur yang diderita oleh remaja dapat diperbaiki dengan membatasi paparan layar gawai saat malam hari. Setidaknya remaja sudah bisa merasakan dampaknya jika melakukan pembatasan layar selama satu pekan.
Dikutip dari The Guardian, studi menunjukkan dengan mengurangi paparan ke perangkat pemancar cahaya biru di malam hari, remaja dapat meningkatkan kualitas tidur mereka sekaligus mampu mengurangi gejala kelelahan. Selain itu pembatasan gawai meminimalisasi kurangnya konsentrasi dan perubahan suasana hati.
Penelitian baru dari Belanda menemukan remaja yang lebih dari empat jam per hari waktu layar punya waktu tidur dan bangun rata-rata 30 menit lebih sedikit daripada mereka yang memiliki kurang dari satu jam per hari waktu layar.
Tim melakukan uji coba agar tidak ada waktu layar pada malam hari dalam pola tidur 25 pengguna layar aktif. Dirk Jan Stenvers dari Departemen Endokrinologi dan Metabolisme di UMC Amsterdam mengatakan semakin banyak remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di perangkat dengan layar. Akibatnya gangguan tidur pun adalah yang paling sering dikeluhkan dari kelompok usia ini.
“Di sini kami menunjukkan dengan sangat sederhana bahwa keluhan tidur dapat dengan mudah diatasi dengan meminimalkan penggunaan layar malam atau paparan cahaya biru. Berdasarkan data kami, ada kemungkinan keluhan tidur remaja dan waktu tidur yang tertunda setidaknya sebagian dimediasi oleh cahaya biru dari layar," ujarnya.
Studi ini adalah proyek kolaborasi antara Institut Ilmu Saraf Belanda, UMC Amsterdam, dan Institut Nasional Belanda untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan. Para ahli menyambut baik penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Masyarakat Eropa Endokrinologi di Lyon, Prancis itu.
Akan tetapi peneliti juga menekankan perlunya penelitian lebih lanjut. Studi sebelumnya juga menunjukkan paparan cahaya layar yang berlebih dapat memengaruhi jam otak dan produksi hormon tidur melatonin yang mengakibatkan waktu dan kualitas tidur terganggu.
Namun, Kevin McConway, seorang profesor emeritus statistik terapan di Universitas Terbuka menjadi salah satu pengkritik penelitian baru terkait gangguan tidur akibat layar ini. Dia mengatakan penelitian baru ini seolah terlihat menemukan sesuatu yang menarik, tetapi sesungguhnya tidak juga.
Pertama, karena penelitian didasarkan pada abstrak konferensi. Jadi tidak ada yang memaparkan semua detil yang ingin dia periksa untuk mengevaluasi penelitian. Selain itu, penelitian belum melalui peer review lengkap.
“Perbedaan dalam pola tidur antara pengguna layar yang sering dan jarang mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam penggunaan layar atau mereka mungkin tidak ada hubungannya dengan itu," ucapnya.