Jumat 24 May 2019 02:47 WIB

Respons Kondisi Hari ini: IHSG Memerah Lagi, Rupiah Makin Tertekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali memerah, rupiah tertekan kuat.

Rep: cermati/ Red:
Respons Kondisi Hari ini: IHSG Memerah Lagi, Rupiah Makin Tertekan
Respons Kondisi Hari ini: IHSG Memerah Lagi, Rupiah Makin Tertekan

Kendati sempat perkasa dalam sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali memerah pada pembukaan pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini (22 Mei 2019). Tak hanya itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga masih terperangkap.

Menurut Ekonom Institute for Development on Economic and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, kondisi tersebut merupakan respons dari apa yang terjadi saat ini.

Seperti diketahui, demontrasi hasil Pilpres 2019 berbuntut kericuhan. Hal ini menimbulkan risiko terhadap IHSG dan Rupiah.

“Risiko politik yang meningkat membuat persepsi investor menurun terhadap iklim investasi di Indonesia. Indikator jangka pendeknya terlihat dari kurs rupiah yang mengalami pelemahan dan IHSG terkoreksi sesi pembukaan hari ini,” kata Bhima kepada Cermati.com di Jakarta, Rabu (22/5).

 

IHSG Dibuka Memerah Setelah Sempat Perkasa

Pasar Modal

Ilustrasi IHSG pasar modal Indonesia

Pada perdagangan saham hari ini, IHSG dibuka negatif pagi ini. IHSG turun 9,1 poin ke level 5.942,267 atau merosot 0,15% dari penutupan kemarin sore 5.958,26 pada pukul 16.00 WIB. Kemudian indeks LQ45 -2,58 poin atau turun 0,28% ke 922,556.

Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan sempat berangsur-angsur perkasa, setelah terjun bebas ke 5.826,12 pada 17 Mei lalu dari posisi 6.455,35 di 30 April 2019.

Diharapkan, sentimen ini tidak berlangsung lama hingga iklim politik kembali kondusif. Sehingga pasar saham bisa kembali terkerek menghijau di masa yang akan datang.

Bagaimana pergerakan IHSG ke depannya? Apakah masih akan kembali bergerak di level 6.000-an lebih?

Ada banyak hal yang memengaruhi pergerakan indeks perdagangan saham di pasar modal Tanah Air. Selain faktor internal, juga bagaimana faktor eksternal akan memberikan dampaknya.

Dari dalam negeri, iklim politik yang kondusif juga berperan dalam menggiring pergerakan IHSG. Bukan hanya situasi politik, kondisi perekonomian dan masih banyak lagi akan memberikan andil pada perdagangan di pasar modal Indonesia.

Begitu juga kondisi ekternal, yakni luar negeri, juga memberikan pengaruh terhadap IHSG. Mengingat perdagangan di pasar modal sifatnya lintas negara. Ruang lingkupnya dalam skala internasional.

Bhima memperkirakan IHSG masih akan bergerak di kisaran saat ini. “IHSG (perkiraannya) menurun tipis di 5.900 – 5.930 (ke depannya),” ujarnya.

Baca Juga: Rupiah Nyaris Sentuh Rp15.000 Per USD, Saatnya Jual Dolar?

Rupiah Masih akan Tertekan

Rupiah

Kurs rupiah terhadap dolar AS

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs referensi JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) terlihat pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS masih terus tertekan sejak akhir bulan lalu.

Per hari ini (22/5/2019), rupiah berada di level Rp14.488 per dolar AS atau melemah dari posisi 30 April 2019 yang masih berada di angka Rp14.215 per dolar AS.

Sementara itu, di pasar spot terlihat dari data perdagangan USD/IDR Reuters, rupiah makin tertekan ke level Rp14.500 per dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, pukul 06.00 pagi tadi.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke depannya diasumsikan masih akan bergerak di kisaran level saat ini. “Diperkirakan rupiah bergerak melemah ke range Rp14.500-Rp14.580 per dolar AS,” kata Bhima.

Masih ada banyak faktor pula yang memengaruhi bagaimana pergerakan dolar AS terhadap rupiah ke depannya. Apakah itu faktor dari dalam negeri, maupun faktor dari luar negeri.

Faktor internal dan eksternal memang cukup memengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara, tak terbatas Indonesia saja, tapi juga negara-negara lain di dunia.

Baca Juga: 7 Usaha Ini Makin Diuntungkan karena Pelemahan Rupiah

Joko Widodo – Ma’Ruf Amin Resmi Sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024

Jokowi dan Ma

Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin via suaramerdeka.com

Berdasarkan hasil perhitungan suara Real Count Pilpres Komisi Pemungutan Suara (KPU) per 21 Mei 2019, perolehan suara (Jokowi) Widodo bersama wakilnya Ma’ruf Amin, yang mendulang perolehan suara 85.607.362 atau 55,50% dari total suara sah nasional.

Sedangkan pasangan Cawapres pada Pemilu 2019, Prabowo Subianto-Sandiaga S. Uno, mengantongi suara sebanyak 68.650.239 atau 44,50% dari total suara nasional.

Dengan demikian, berdasarkan konstitusi, Presiden terpilih periode 2019-2024 adalah Jokowi dan Ma’ruf Amin. Selamat menjalankan tugas negarawan.

Baca Juga: Nasionalis-Religius: Akankah Antarkan Jokowi Kembali Jadi RI-1?

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement