Senin 20 May 2019 18:30 WIB

Kecanduan Gim Berpotensi Jadi Penyakit Resmi WHO

Kini kecanduan gim berpotensi menjadi penyakit resmi yang diakui WHO.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Christiyaningsih
Video Game dengan motion controller
Video Game dengan motion controller

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecanduan gim nampaknya kian disikapi secara serius oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bahkan kini kecanduan gim berpotensi menjadi penyakit resmi yang diakui dan diklasifikasikan oleh WHO.

Juni tahun lalu, WHO telah memasukkan gangguan kesehatan akibat gim dalam revisi ke 11 dari klasifikasi penyakit internasional. Pekan depan WHO akan memilih apakah akan menjadikannya penyakit resmi atau tidak.

Baca Juga

Dilansir News Sky pada Senin (20/5), pengembang gim mengaku khawatir dengan meningkatnya gangguan kesehatan akibat bermain gim. Oleh beberapa petugas medis, gangguan kesehatan gim disebut juga sebagai kecanduan perilaku yang berbeda. Ini ditandai dengan penggunaan yang berlebihan atau kompulsif dari bermain gim di komputer atau video yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari individu.

Kepala gim Microsoft Dave McCarthy mengatakan pihaknya telah memberi lebih banyak kekuatan kepada orang tua untuk mengontrol berapa banyak waktu yang bisa dihabiskan anak-anak untuk bermain gim.

"Kami menempatkan banyak kontrol di tempat yang orang tua dapat memanfaatkan untuk mengelola hal-hal seperti waktu layar dan penggunaan game. Kami juga berpikir sebagai industri ada lebih banyak yang dapat dan harus kami lakukan di sekitar penelitian dan kolaborasi," jelas McCarthy.

Kekhawatiran lain di antara orang tua dari anak-anak yang bermain gim video juga termasuk keselamatan dan kekerasan, agresi dan perilaku buruk. WHO juga mengungkapkan hanya sejumlah kecil orang yang benar-benar terpengaruh oleh gangguan permainan. Namun konsekuensinya bisa menjadi bencana besar bagi mereka yang menderita kecanduan gim.

Mantan pecandu gim James Good mengaku pada mulanya ia menjadi kecanduan video gim saat masa remaja. Kemudian obsesinya untuk menang menyebabkan depresi dan perubahan suasana hati yang ekstrem dan memengaruhi setiap bagian dari hidupnya.

"Sebagian besar waktu saya akan memberi tahu teman-teman bahwa saya tidak bisa keluar karena saya punya pekerjaan yang harus dilakukan. Padahal saya hanya akan tinggal di rumah dan bermain video gim sampai jam tiga pagi," ungkap Good.

Sejak berhenti bermain gim sembilan bulan lalu, Good telah mengembangkan minat baru dan bergabung dengan komunitas yang disebut Game Quitters. Di komunitas itu ia membantu pecandu lainnya dan menasihati orang tua yang khawatir.

Tidak jelas berapa banyak gangguan gim yang disebabkan oleh aktivitas gim atau apakah itu bisa menjadi efek dari gangguan lain. Namun pada 2008, para peneliti di University of Rochester menyelidiki apa yang memotivasi para gamer untuk terus bermain video gim.

Peneliti utama, Richard Ryan mengklaim bahwa mayoritas orang bermain gim karena ingin bersenang-senang saja. Dia mengatakan banyak video gim memenuhi kebutuhan psikologis dasar dan pemain terus bermain karena imbalan, kebebasan, dan koneksi ke pemain lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement