Ahad 05 May 2019 03:34 WIB

Cegah Stunting, Informasi Manfaat Susu Sebaiknya Digencarkan

Konsumsi susu masyarakat Indonesia termasuk rendah dibanding negara di ASEAN.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Endro Yuwanto
Susu - ilustrasi
Susu - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil studi South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) yang diinisiasi oleh Friesland Campina tahun 2012 terhadap lebih dari 16 ribu anak usia 6 bulan hingga 12 tahun menunjukkan, anak-anak Indonesia mengalami berbagai permasalahan terkait dengan kesehatan dan gizi. Seperti, gaya hidup kurang aktif, malnutrisi, kekurangan vitamin D, serta gangguan pertumbuhan fisik atau stunting.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2017, konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 16,5 liter per kapita per tahun dari target 20 liter per kapita per tahun. Konsumsi ini merupakan yang terendah di Asia Tenggara dengan Brunei Darussalam yang mencapai 129,1 liter, Malaysia dengan 50,9 liter, Singapura sebanyak 46,1 liter, dan bahkan masih jauh lebih sedikit dibandingkan dari Vietnam yang berada di angka 20,1 liter susu per kapita per tahun.

Minimnya konsumsi susu masyarakat Indonesia membuat salah satu perusahaan susu nasional, Frisian Flag Indonesia (FFI), menggandeng Universitas Brawijaya, Universitas Padjadjaran, serta berbagai sekolah dasar untuk menyebarkan manfaat susu melalui sosialisasi atau edukasi. Edukasi dan sosialisasi pentingnya manfaat susu pun disarankan digencarkan ke lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia Andrew F Saputro mengatakan, salah satu fokus FFI adalah membantu pemerintah memerangi stunting yang masih diderita oleh sebagian anak-anak Indonesia dengan penyebaran informasi berbasis ilmiah kepada mahasiwa, pemberian susu, dan pembangunan fasilitas olahraga kepada anak-anak sekolah dasar.

''Kerja sama ini bukan dilandasi oleh 'Apa yang bisa kami lakukan untuk mereka' tetapi pada 'Apa yang bisa kita lakukan bersama untuk satu sama lain','' ujar Andrew, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (5/5).

Andrew menambahkan, masih banyak kendala yang ditemukan dalam mempopulerkan susu sebagai minuman sehat. Pada umumnya, pola makan sehari-hari orang Indonesia belum memenuhi gizi seimbang. Gizi seimbang diartikan sebagai ragam bahan makanan yang berkualitas serta jumlah dan proporsi yang sesuai sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Husmy Yurmiati menuturkan, mitos seputar susu harus dihilangkan lewat praktik minum susu disertai riset tentang perilaku minum susu. Pemahaman gizi yang keliru ini akan mengakibatkan tidak terpenuhinya asupan gizi sesuai dengan kebutuhan. Padahal susu merupakan salah satu asupan gizi yang memenuhi segala kebutuhan tubuh.

''Selain itu, dengan meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap susu akan menciptakan domino efek yang baik terhadap industri. Produksi susu nasional yang baru bisa mencukupi 20 persen kebutuhan pasar akan dapat semakin ditingkatkan karena adanya permintaan nyata dari masyarakat,'' jelas Husmy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement