Jumat 03 May 2019 10:03 WIB

Mengintip Koleksi Busana Syar’i ala Ranti

Ranti kini kian mantap memproduksi baju-baju muslim syar’i yang modern

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Christiyaningsih
Owner brand busana muslim Ranti, Abu Umar.
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Owner brand busana muslim Ranti, Abu Umar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brand busana muslim yang sudah 30 tahun berdiri, Ranti, kini kian mantap memproduksi baju-baju muslim syar’i yang modern dan elegan. Konsep syar’i yang kini diusung sekaligus menunjukkan konsistensi Ranti menyediakan busana yang bisa menutup aurat muslimah secara sempurna.

Owner brand Ranti, Abu Umar, mengisahkan proses ‘hijrah’ Ranti dimulai pada 2015. Pada saat itu, ia berniat untuk tidak lagi memproduksi atasan tunik dan hijab yang berukuran kecil. Sebagai gantinya Ranti kemudian memproduksi busana gamis dan hijab syar’i.

“Perlahan saja sejak 2015 itu, tidak langsung berubah karena kami tidak mau membuat pelanggan kaget. Bedanya Ranti yang dulu dan sekarang, kalau dulu ada baju atasan tunik sekarang tidak ada dan semua produksi kami hanya gamis dan hijab yang panjang,” kata Abu saat pembukaan outlet ke-17 Ranti di Bintaro, Kamis (2/5).

Menurut Abu, semua koleksi Ranti mulai dari pakaian formal, nonformal, dan kasual tetap didesain secara syar’i. Sedangkan untuk desain busana semuanya terinspirasi dari keindahan alam Indonesia.

Abu mengatakan pada Ramadhan kali ini ada beberapa koleksi terbaru dari Ranti antara lain sarimbit series dan exclusive couple series. Soal harga, produk Ranti memang tidak bisa dikatakan murah.

Baju koko misalnya dijual mulai dari Rp 750 ribu hingga Rp 1,5 jutaan. Sementara untuk gamis kasual dijual mulai dari Rp 990 ribu hingga Rp 1,5 jutaan dan gamis eksklusif dijual mulai dari Rp 1,5 jutaan hingga Rp 4 jutaan.

“Atas dasar harga yang tidak murah itu, kami menyediakan layanan purna jual seperti memberikan permak atau resize baju, bahkan penggantian pesanan yang rusak dalam jangka waktu tertentu,” ungkap Abu.

Ranti juga berkomitmen untuk menjaga kualitas busana sehingga pengerjaan payeting, detil pakaian, dan pembuatan aksesoris dilakukan secara manual atau handmade. Proses handmade tersebut dilakukan dengan memberdayakan para para ibu-ibu di Indonesia khususnya yang berada di sekitar Cianjur, Sukabumi, dan Bogor.

“Untuk total berapa ibu yang melakukan pengerjaan saya tidak hapal. Tapi yang pasti cukup banyak dan tersebar di Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Itu kami lakukan sebagai pemberdayaan para ibu juga," kata Abu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement