Kamis 02 May 2019 08:29 WIB

Tunawisma di Brussel Makan Siang dengan Menu Indonesia

Tunawisma di Brussel makan siang dengan menu Indonesia seperti sate dan nasi goreng

Nasi Goreng (ilustrasi)
Nasi Goreng (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan KBRI Brussel menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial. Di antaranya dengan mengajak tunawisma yang ada di Brussel makan siang bersama ala Indonesia. Kegiatan ini bertempat di Salvation Army Kota Brussel.

Sekretaris Pertama Fungsi Konsuler KBRI Brussel, Dara Yusilawati, dalam keterangan persnya pada Rabu (2/5) menyebut kegiatan makan siang bersama tunawisma di Brussel diadakan atas kerja sama Dharma Wanita Persatuan KBRI Brussel dengan The Salvation Army dan Serve the City. Keduanya merupakan organisasi nirlaba yang banyak membantu para tunawisma di Brussel.

Baca Juga

Jollys, salah seorang ibu tunawisma dengan empat anak ikut menikmati sajian yang disiapkan. Ia menikmati nasi goreng serta sate ayam dengan kerupuk dan sayur-sayuran. Jollys juga melahap pastel sebagai makanan pembuka dan puding sebagai penutup. Bagi Jollys makan siang ini seperti makan di restoran.

Tanpa malu-malu, Jollys kembali mengantri untuk menambah makanan. Selain Jollys, lebih dari 75 orang tunawisma datang dan menikmati sajian ala Indonesia ini. Bagi mereka, acara ini lebih dari sekedar makan siang. Mereka juga bercengkrama dan tentunya berbicara mengenai makanan dan budaya Indonesia. Setiap tahun sejak 2016, WNI khususnya perempuan yang tergabung dalam Dharma Wanita Persatuan KBRI Brussel mengadakan makan siang bersama tunawisma.

Ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Brussel Sandra Thamrin mengatakan kegiatan seperti ini bukan hanya mendekatkan masyarakat dari kedua negara dan memberikan manfaat. Akan tetapi juga menjadi salah satu penyangga utama bagi kuatnya hubungan antar kedua negara.

Belgia merupakan salah satu negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan RI pada 27 Desember 1949. Selanjutnya Indonesia dan Belgia membuka untuk pertama kali perwakilannya di Jakarta dan Brussel menandai dimulainya hubungan diplomatik.

Sebagai salah satu kota negara maju di Eropa Barat dan ibukota Uni Eropa beranggotakan 27 negara, Brussel tidak luput dari berbagai permasalahan perkotaan. Brussel seperti Jakarta yang menjadi magnet bagi pengemis dan tunawisma dari berbagai daerah.

Krisis migran, sulitnya akses untuk mendapatkan jaminan sosial (social security), biaya hidup yang tinggi, sewa rumah yang terus meningkat, serta sebagai destinasi turis cukup populer, menjadi beberapa penyebab tingginya jumlah tunawisma di Brussel. Pada 2018  yakni tercatat ada sekitar 2600 orang tunawisma di Brussel.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement