Rabu 01 May 2019 08:51 WIB

Pelajar SMK Banjarnegara Produksi Film Pendek Tragedi '65

Siswa SMK HKTI 2 Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara produksi film bertema '65

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Christiyaningsih
Program nonton bersama tetangga di ajang Festival Film Purbalingga (FFP) 2017
Foto: dok: FFP
Program nonton bersama tetangga di ajang Festival Film Purbalingga (FFP) 2017

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Siswa SMK HKTI 2 Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara memproduksi film bertema tragedi 1965. Para pelajar itu difasilitasi oleh Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga.

Tim sineas yang tergabung dalam ekstrakurikuler sinematografi Hika Production itu memproduksi fiksi pendek berjudul Buru. Pengambilan gambar berlangsung di Kecamatan Susukan dan Purwareja Klampok pada 27-28 April.

Baca Juga

Sutradara Supangat mengatakan dia dan tim mempelajari literasi dan referensi tentang sejarah Indonesia tahun 1965. Tidak hanya itu, mereka juga menyiapkan set film dengan latar 1979 sesuai dengan kisah yang diusung. "Berat memang, tapi kami jadi berkesempatan belajar banyak hal, yang bahkan tidak kami pelajari di sekolah," ujar siswa kelas X jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) itu.

Buru berkisah tentang pemuda bernama Kodri. Setelah bebas dan pulang dari Pulau Buru, dia masih diawasi, dicurigai, dan disepelekan. Kodri yang sempat menjadi anggota organisasi Pemuda Rakyat itu dikenakan wajib lapor dua kali sepekan ke Koramil.

Sebelum diasingkan ke Pulau Buru, Kodri rajin beribadah dan mengajar anak-anak mengaji. Hal sama tetap dia lakoni setelah pulang dari Pulau Buru. Bedanya, dia mengajar anak-anak mengaji di langgar sambil diawasi tentara.

Kodri yang hanya tinggal bersama ibunya bertemu Daryo, sesama bekas tahanan politik (tapol) di Koramil saat wajib lapor. Daryo meminta Kodri menikahi adiknya, Sri. Kodri tak menolak tawaran Daryo setelah mendapat restu ibunya.

Mereka menikah dan Sri akhirnya mengandung. Semestinya Kodri bahagia, namun hidupnya justru semakin berat. Bukan karena beban ekonomi, tapi kekhawatiran dan kecemasan yang terus membayangi sebagai eks tapol.

Pemeran Kodri, Taufik Setyo Pambudi, melakukan persiapan dengan membaca literasi yang dipelajari para kru. Dia juga menonton beberapa film pendek bertema tragedi ’65 yang jumlahnya tidak banyak di industri film.

"Pada dasarnya saya senang dunia akting. Makanya ketika lolos casting, saya menjadikan peran ini sebagai tantangan," kata pria yang pernah belajar teater saat SMA itu.

Produser sekaligus guru pembina ekskul sinema, Anggiriani Agustin Puspitasari, mengatakan skenario film ditulis berdasarkan kisah nyata seorang mantan tapol Purbalingga. Dia menawarkan cerita itu kepada para siswa yang disambut antusias.

"Ketika saya tawarkan pada anak-anak, mereka antusias dan menyatakan berani memfilmkan. Ya masa saya takut? Lagipula sekolah juga mendukung," tutur guru pengampu pelajaran seni tari itu pada rilis yang diterima Republika.

Film yang direncanakan berdurasi 15 menit tersebut akan dikirim mewakili sekolah untuk mengikuti Kompetisi Pelajar se-Banyumas Raya Festival Film Purbalingga (FFP) 2019. Festival digelar pada 6 Juli sampai 3 Agustus 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement