Selasa 30 Apr 2019 11:49 WIB

Burung Elang Paling Langka akan Mendarat di Singapura

Elang Filipina dipinjamkan untuk dirawat di Jurong Bird Park Singapura.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Elang Filipina.
Foto: EPA
Elang Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Salah satu spesies elang terbesar di dunia akan segera mendarat di Singapura tahun ini. Burung elang yang bisa disebut paling langka itu akan dikirim sebagai upaya untuk melindunginya dari kepunahan.

Sepasang Elang Filipina yang akan dikirim merupakan pinjaman konservasi dari Filipina. Burung akan dirawat di Jurong Bird Park, kebun binatang yang telah mempersiapkan matang menyambut kedatangan sang hewan langka.

Baca Juga

Dr Cheng Wen-Haur, wakil kepala eksekutif dan kepala petugas ilmu kehidupan dari Wildlife Reserve Singapore (WRS) belum dapat memastikan tepatnya waktu kedatangan elang tersebut. Hanya, kabar itu telah diumumkan sejak Rabu (24/4)) oleh Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina selama perayaan Hari Bumi.

Dikutip laman Malay Mail, Selasa (30/4), Singapura memiliki para ahli yang dapat merawat elang. Upaya pinjaman ini dipercayai dapat membantu melestarikan spesies.

Menurut perkiraan, ada sekitar 400 pasang Elang Filipina yang masih hidup sampai saat ini. Dennis Salvador, Direktur Eksekutif Yayasan Elang Filipina, mengatakan sebagian besar ditemukan di pulau Luzon, Samar, Leyte dan Mindanao di Filipina.

Pinjaman konservasi dari Filipina bertujuan untuk memastikan akan ada Elang Filipina yang tersisa dan berkembang biak. Jika ada wabah penyakit yang menghancurkan populasi di negara asalnya, maka tentunya masih ada spesies yang bertahan di negara lain.

Menurut Daftar Merah Spesies Terancam Punah dari International Union for Conservation, populasi elang ini telah menurun dengan cepat dalam 60 tahun terakhir karena deforestasi. Burung itu juga terancam tangan manusia yang menembak dan secara tidak sengaja menjebak hewan.

Dia menambahkan bahwa sebelumnya tidak ada Elang Filipina yang dipinjamkan ke luar negeri. Maka, pinjaman sepasang Elang Filipina ini merupakan langkah besar dalam rencana pengurangan risiko peneliti Singapura untuk spesies ini.

"Ini akan membantu memastikan bahwa kami akan terus memiliki kumpulan gen yang layak sekalipun ada peristiwa bencana, seperti flu burung, berdampak pada populasi di Filipina,” katanya melalui surat elektronik.

Salvador berharap upaya pinjaman ini juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat secara global dan memobilisasi dukungan untuk pelestariannya di Filipina. Yayasan yang dipimpin Salvador merupakan sebuah organisasi non-pemerintah, mengelola Pusat Elang Filipina di Kota Davao di pulau Mindanao. Yayasan ini juga melakukan penelitian lapangan, pendidikan dan penangkaran, serta bekerja dengan masyarakat adat untuk melindungi dan memulihkan habitat hutan elang.

Salvador ingin melihat lebih banyak elang yang dipinjamkan ke negara lain. Sebisa mungkin pihaknya menginginkan lebih dari satu tempat penyimpanan genetis spesies di luar negeri.

Tahun lalu, Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina mengadopsi protokol pinjaman konservasi guna penelitian ilmiah dan tujuan pendidikan.

Adapun menurut Philippine Eagle Foundation, Elang Filipina, burung pemangsa raksasa itu memiliki lebar sayap sekitar 2,1 meter. Burung mampu melihat delapan kali lebih jelas daripada manusia.

Mangsanya termasuk lemur terbang, ular, kelelawar, hingga monyet. Elang, burung nasional Filipina dan atau bernama ilmiah Pithecophaga jefferyi itu butuh lima hingga tujuh tahun untuk matang secara seksual. Mereka dapat hidup lebih dari 40 tahun di penangkaran, tetapi mungkin sedikit sulit di alam liar.

Salvador menambahkan Elang Filipina sulit berkembang biak karena berbagai alasan. Sebab kawanan sangat teritorial, sangat pemilih dengan pasangan tetapi juga sangat setia dan tetap berpasangan seumur hidup. Sepasang elang hanya bertelur satu setiap dua tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement