Kamis 25 Apr 2019 18:44 WIB

Batahlil Jadi Tradisi Masyarakat Ternate Sambut Ramadhan

Batahlil adalah ritual peninggalan leleuhur yang masih dilestarikan sampai sekarang

Suami istri sedang berziarah di pemakaman/ilustrasi
Suami istri sedang berziarah di pemakaman/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Masyarakat Ternate Maluku Utara (Malut) memiliki beragam tradisi Islam peninggalan leluhur yang masih dipertahankan sampai sekarang. Di antaranya adalah tradisi batahlil dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

"Masyarakat Ternate merasa seperti ada yang kurang dalam menyambut bulan Suci Ramadhan kalau tidak melaksanakan tradisi batahlil dan itu juga dilakukan oleh leluhur kami," kata salah seorang tokoh masyarakat Ternate, Soleman pada Kamis (25/4).

Baca Juga

Tradisi batahlil dimulai dengan berziarah ke kubur orang tua atau keluarga yang telah meninggal. Ziarah dilakukan dengan menaburkan potongan kecil daun pandan di atas pusara dan kemudian menyiramnya dengan sebotol air lalu membacakan doa.

Setelah itu, warga yang akan melaksanakan batahlil mengundang perangkat masjid dan tetangga terdekat ke rumah bersangkutan untuk bersama-sama malaksanakan batahlil. Dalam prosesi batahlil warga yang semuanya laki-laki duduk saling berhadapan di meja panjang tikar. Perangkat masjid, yang biasanya imam, duduk di bagian ujung dan bertindak sebagai pemimpin dalam batahlil.

Soleman menjelaskan di depan warga yang batahlil diletakan dupa atau kemenyan yang dibakar dan potongan kecil daun pandan sebagai simbol wewangian. Benda-benda ini diletakkan karena dipercaya malaikat menyukai sesuatu yang wangi.

Dalam ritual batahlil yang dibaca secara bersama-bersama adalah kalimat zikir dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka berdoa agar Allah mengampuni dosa para orang tua atau keluarga yang telah meninggal serta. Doa juga dipanjatkan untuk meminta keselamatan dan perlindungan serta kekuatan khususnya dalam menjalani ibadah Ramadhan.

"Usai ritual batahlil yang biasanya berlangsung selama satu jam, tuan rumah penyelenggara ritual itu memberikan makanan nasi kuning dan kue untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing," kata Soleman yang juga imam salah satu masjid di Ternate ini.

Tradisi lain yang juga masih dilestarikan masyarakat Ternate dalam bulan Suci Ramadhan yakni ritual ela-ela. Ela-ela dilangsungkan pada malam 27 Ramadhan untuk menyambut turunnya Lailatul Qadar dengan membakar obor di halaman rumah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement