REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menantikan hasil Pemilu 2019 bisa menyebabkan timbulnya stres, terutama bagi mereka yang merasa tidak mendapat apa yang diharapkan. Psikiater Lahargo Kembaren menyarankan sejumlah cara untuk mengatasinya.
"Manajemen stres adalah cara kita menghadapi dan mengelola stresor (pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan) yang sedang kita hadapi," kata Lahargo, Kamis (18/4).
Pria yang bertugas di RS Marzoeki Mahdi Bogor itu menjelaskan bahwa stres memiliki dua bentuk, yang positif (eustress) dan negatif (distress). Stres positif akan membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih baik, namun stres negatif menyebabkan munculnya berbagai masalah psikologis.
Saat mengalami stres, tubuh mengeluarkan berbagai hormon seperti kortisol dan adrenalin. Kombinasinya membuat jantung berdetak lebih cepat dan kuat, meningkatkan aliran darah, mengencangkan otot-otot, dan menyiagakan seluruh panca indera.
Setiap orang cenderung memberikan respons stres yang berbeda dalam menghadapi stresor yang terjadi dalam hidupnya. Respons stres itu sebenarnya bertujuan menyelamatkan serta memberikan kesiapsiagaan dalam menghadapi suatu tantangan.
Stres bisa berdampak negatif apabila terjadi dalam porsi besar dan waktu yang lebih lama. Manajemen stres yang kurang baik juga sangat berimbas. Tidak jarang stres yang berdampak negatif berujung pada masalah atau gangguan kejiwaan.
Terkait stres menantikan hasil pemilu, Lahargo menganjurkan sejumlah cara yang diringkas dengan istilah 4A, yaitu avoid (menghindari), alter (mengubah), adapt (beradaptasi), dan accept (menerima). Sebisa mungkin, hindari sumber stresor yang menyebabkan stres, seperti menyimak berita-berita mengenai Pemilu. Apabila tidak bisa, maka cobalah untuk mengubah cara pandang dengan tidak usah merasa terlalu bertanggung jawab terhadap hasil Pemilu.
Cara lain adalah beradaptasi, mengatur respons terhadap stresor ke arah yang lebih positif. Fokuslah pada hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan. Coba bersantai, berolahraga, atau bercengkrama dengan keluarga.
Terakhir adalah belajar untuk menerima suatu keadaan dalam hidup walaupun terasa menyakitkan dan menyedihkan. Lahargo mengatakan, hal itu merupakan bagian dari realita kehidupan dengan hikmah yang bisa dipetik.
"Hidup tidak selalu menang, berhasil, dan bahagia. Kalah, gagal, dan sedih adalah juga bagian dari warna-warni kehidupan," ucap Lahargo lewat pernyataan resminya.