Sabtu 13 Apr 2019 12:05 WIB

Jutaan Anak Kena Asma karena Polusi Udara

Polusi kendaraan dapat berkontribusi meningkatkan konsentrasi NO2 sampai 80 persen.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Asma pada anak (Ilustrasi)
Asma pada anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Empat juta kasus asma anak di seluruh dunia disebabkan polusi udara. Polusi kendaraan yang merusak udara menjadi penyebab utama peradangan dan perkembangan asma pada anak-anak yang secara genetik memiliki kecenderungan kondisi tersebut.

Walaupun belum diketahui secara pasti apakah polusi udara yang bertanggung jawab atas kondisi itu tapi dalam penelitian sebelumnya mengindikasi paparan NO2 menjadi kunci penyebab gejala asma. Di perkotaan polusi kendaraan dapat berkontribusi meningkatkan konsentrasi NO2 sampai 80 persen.

Baca Juga

Ploy Achakulwisut dari George Washington University melihat data global yang menunjukan adanya hubungan antara konsentrasi NO2 dan asma pada anak-anak di usia 1 sampai 18 tahun. Dari 194 negara mereka menemukan Inggris berada diperingkat 24 negara yang kasus asma pada anak-anak memiliki hubungan dengan polusi udara.

Menurut Achakulwisut perubahan kebijakan dapat memperbaiki polusi udara. "Contoh terbaru antara lain elektrifikasi seluruh armada bus Shenzhen dan biaya kemacetan Zona Rendah Emisi London (LLEZ)," kata Achakulwisut seperti dilansir di New Scientis, Kamis (11/4)

Di Inggris sebanyak 23 persen kasus terjadi Manchester dan 29 persen di London. Korea Selatan berada di peringat paling atas. Satu per tiga kasus asma anak-anak di negara itu berkaitan dengan paparan NO2.

AS berada diurutan ke 25 sementara India berada diperingkat 58. Tim peneliti juga menemukan 92 persen kasus asma pada anak berada di wilayah yang konsentrasi NO2 dibawah angka yang sudah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Kami menemukan panduan WHO untuk angka rata-rata konsentrasi NO2 mungkin harus direvisi, dan emisi lalu lintas harus ditetapkan untuk mengurangi risiko  pemaparan NO2," kata salah satu anggota tim peneliti Susan Anenberg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement